Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/12/2020, 12:50 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber BBC

KOMPAS.com - Uji coba dan pengembangan vaksin untuk mengatasi pandemi Covid-19 di seluruh dunia mulai menemui titik terang.

Pada Minggu (6/12/2020) kemarin, sekitar 1,2 juta vaksin Covid-19 yang dibawa dengan pesawat kargo khusus dari Beijing tiba di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Seluruh vaksin tersebut adalah buatan Sinovac Biotech Ltd., perusahaan biofarmasi asal China.

Namun, di tengah kabar baik ditemukannya vaksin untuk menangkal Covid-19, masyarakat dihadapkan dengan pertanyaan besar seputar keamanan vaksin.

Baca juga: Kabar Baik dari Vaksin Oxford untuk Lawan Infeksi Covid-19

Apalagi dalam kabar terbaru yang dilansir BBC menyebut, ada dua pekerja National Health Service (NHS) Inggris menerima vaksin Pfizer dan mengalami reaksi alergi.

Lantas, apakah mungkin ada vaksin Covid-19 yang aman digunakan, tanpa efek samping?

Tentang pertanyaan itu, Profesor Stephen Evans dari London School of Hygiene and Tropical Medicine memberikan jawabannya.

Menurut dia, setiap obat yang ampuh akan mempunyai efek samping.

"Jika yang dimaksud benar-benar tanpa efek samping, maka tidak ada vaksin yang 'aman' atau obat yang 'aman'."

"Setiap obat efektif memiliki efek yang tidak diinginkan," kata Evans.

"Yang saya maksud aman adalah seimbang antara efek yang tidak diinginkan dengan manfaat yang ada."

Baca juga: Masih Diuji, Kapan Vaksin Corona Bisa Diberikan pada Masyarakat?

Seperti yang diberitakan, Badan Regulasi Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA) sudah memutuskan, vaksin yang dibuat Pfizer sudah memenuhi standar.

Disebutkan, ada beberapa obat yang memiliki efek samping negatif pada tubuh, namun tetap diizinkan beredar lantaran memiliki manfaat yang setara dengan risikonya.

Salah satunya adalah obat untuk kemoterapi.

Obat ini bisa memberikan efek samping bagi penggunanya, seperti kelelahan, rambut rontok, anemia, mandul, gangguan ingatan, dan gangguan tidur.

Tetapi bagi penderita kanker, obat kemoterapi merupakan satu-satunya cara agar mereka mempunyai kesempatan untuk tetap hidup.

Lalu, obat penghilang rasa sakit atau painkiller, bisa memicu pendarahan di area perut dan usus, susah bernapas, hingga kerusakan ginjal.

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa masing-masing obat punya efek samping, namun manfaatnya jauh lebih besar.

"Aman bukanlah hal yang mutlak, aman adalah dalam konteks penggunaan," ucap Evans kepada BBC.

Bagaimana dengan vaksin?

Margaret Keenan, pasien pertama di dunia yang menerima vaksin Covid-19 terlisensi.AP PHOTO/JACOB KING Margaret Keenan, pasien pertama di dunia yang menerima vaksin Covid-19 terlisensi.
Jika obat diberikan kepada seseorang yang sakit agar mereka bisa sembuh, maka vaksin ditujukan bagi orang dalam kondisi sehat agar memiliki "penangkal".

Karena itu, badan regulasi lebih ketat menilai kelayakan dan keamanan vaksin yang dibuat suatu perusahaan.

Perusahaan pembuat vaksin wajib menyertakan data dari studi laboratorium, studi terhadap hewan, dan uji coba keamanan tahap pertama.

Lalu, uji dosis tahap kedua, dan uji coba berskala besar, sebelum menentukan apakah vaksin berhasil atau tidak.

"Jumlah data itu setidaknya terdiri dari 10.000 halaman," sebut Evans.

Dalam kasus vaksin Pfizer, terdapat efek samping yang umum seperti nyeri akibat suntikan, sakit kepala, menggigil, dan nyeri otot.

Efek samping ini bisa terjadi pada lebih dari 1:10 orang.

Namun Dr Penny Ward dari King's College London dan Faculty of Pharmaceutical Medicine mengingatkan, MHRA pasti berusaha membuat keputusan yang benar untuk memastikan keamanan vaksin.

"MHRA sangat berpengalaman, kita akan yakin jika badan regulasi mengatakan manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya," kata dia.

Baca juga: Tips Kurangi Nyeri Setelah Suntik Vaksin pada Anak

Berdasarkan sebuah data, sekitar 20.000 orang diberi vaksin Pfizer, 15.000 orang mendapat vaksin Moderna dan 10.000 diberi vaksin yang dikembangkan Oxford dan AstraZeneca.

Semua vaksin bekerja dengan baik, namun ada kemungkinan peneliti tidak melihat efek samping dari setiap orang yang mendapat vaksin.

"Kita tidak selalu bisa melihat risikonya sebelum kita memberi lisensi tanpa uji coba terhadap jutaan orang jika efek sampingnya semakin jarang," kata Ward.

Vaksin flu atau flu shot dikaitkan dengan risiko gangguan saraf guillain-barre, yang memiliki kemungkinan satu banding satu juta.

Namun, lebih banyak kasus yang terjadi disebabkan oleh virus flu, bukan pemberian vaksin.

Kemudian, sekitar 1:900.000 orang mengalami reaksi alergi parah atau anafilaksis terhadap vaksin.

"Tidak banyak dari kita yang berpikir dua kali untuk berkendara dengan mobil ke suatu tempat, tetapi risiko kecelakaan mobil jauh lebih tinggi daripada efek serius vaksin," sebut Ward.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com