Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Menyoal Otonomi Moral Pelaksanaan Protokol Kesehatan

Kompas.com - 20/01/2021, 08:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Lawrence Kohlberg yang dikenal dengan teori perkembangan otonomi moral di tahun 80an menyebutkan apabila orang bertindak masih berdasarkan patokan hukuman dan pujian, maka perkembangan moralnya masih di tahap ‘taman kanak-kanak’.

Begitu pula jika kita mengharapkan masyarakat mau berubah perilakunya tapi sebatas ikut-ikutan, sebatas menjadi followers para influencer, maka kesadaran moralnya masih di tahap ‘sekolah dasar’.

Betul, tidak mudah untuk mengangkat perkembangan otonomi moral manusia, sehingga bisa mencapai usia dewasa. Di mana saat keputusan bertindak, disadari penuh sebagai kesadaran dan prinsip.

Termasuk prinsip kebaikan: bahwa memakai masker barangkali saya kehilangan rasa nyaman, tidak terlalu bebas berekspresi, tapi saya bertanggungjawab bukan saja menekan risiko penularan (walaupun saya yakin tidak berpenyakit), juga saya bisa menjadi contoh bagi orang lain.

Itulah sebabnya mengapa ‘New Normal’ ketika didengungkan pertama kali tahun lalu saya menjadi pesimis.

Menilik tingkatan perkembangan otonomi moral sebagian besar masyarakat kita, pemerintah harus bekerja ekstra keras.

Status ekonomi dan pendidikan tidak menjamin sama tingginya dengan status perkembangan otonomi moral seseorang. Lebih tepat jika dikatakan kungkungan budaya dan tradisi justru menjadi faktor penghambat.

Silahturahmi mulai dari menengok bayi hingga melayat yang berduka, sulit dihentikan saat rasa ‘unggah-ungguh’ pekeweuh mulai intervensi.

Mengandaikan hidup bermasyarakat adalah saling mengunjungi dan menengok, maka menjaga jarak fisik seakan mencabik kultur. Di balik itu, tentu saja masih ada kepentingan lain – mulai dari pamer hingga bergunjing.

Mengunggah itu semua ke atas layar virtual dalam waktu singkat rasanya seperti gegar budaya, pecah tradisi. Hal yang sama dengan program televisi. Memelintir istilah protokol kesehatan, ujung-ujungnya semua kembali ke kebiasaan lama.

Apalagi sekarang ada vaksin – yang memungkinkan kembali ke perilaku lama. Begitu cintanya kita semua dengan masa lalu dan zona nyaman.

Ketimbang melihat ke depan, barangkali memang sudah saatnya terjadi perubahan zaman. Agar moralitas kita sedikit lebih dewasa dan berwibawa.

Baca juga: Ketika Bukan Orang Kesehatan Bicara soal Kesehatan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com