KOMPAS.com - Ghosting atau menghilang tanpa kabar sehingga hubungan pun berakhir, merupakan hal yang umum terjadi. Kendati demikian, hal tersebut tidak bisa dibenarkan.
Menurut pakar hubungan dan perilaku manusia, Karen Ruskin, PsyD, dalam situasi tertentu, ghosting merupakan tanda ketidakdewasaan emosional.
Ketika seseorang pergi begitu saja tanpa kabar, maka itu membuktikan bahwa dirinya tidak berusaha keras untuk memiliki hubungan yang sehat dan tahan lama.
"Orang yang melakukan ghosting tidak ingin menghadapi apa yang sedang dirasakan atau dialami karena terlalu sulit bagi dirinya," kata Ruskin kepada Health.
Biasanya seseorang menghilang begitu saja karena ingin menghindari konflik serta enggan memberikan penjelasan dan introspeksi diri.
Baca juga: Dampak Psikologis Ghosting, Bukan Sekedar Gagal Move On
Ghosting dijadikan pilihan agar tidak perlu bersikap baik dan penuh kasih terhadap perasaan orang lain.
"Orang yang melakukan ghosting hanya mengutamakan kebutuhan emosionalnya sendiri, ini terlihat sebagai hal yang egois," tambah Ruskin.
Sementara itu, menurut Healthline, empat alasan utama yang membuat seseorang melakukan ghosting. Berikut ulasannya :
1. Takut
Seseorang sering kali merasa takut terhadap hal-hal yang belum diketahuinya, termasuk dalam hubungan. Misalnya saja ketika timbul keinginan untuk mengakhiri hubungan.
Ada orang yang takut dengan reaksi pasangannya apabila dia mengungkapkan keinginan untuk putus. Rasa takut itulah yang kemudian membuat orang tersebut memutuskan untuk ghosting.
Selain itu, perilaku ghosting biasanya juga muncul di tahap awal perkenalan, sebelum menjalin hubungan.
Ada orang yang takut melangkah lebih jauh dengan seseorang yang baru dikenal karena beberapa alasan. Jadi orang tersebut memilih "menghilang".
Baca juga: Mengakhiri Hubungan dengan Ghosting, Wajar atau Tidak?
2. Menghindari konflik
Secara naluriah, manusia adalah mahluk sosial yang senang bersosialisasi dan menjalin hubungan. Dalam bersosialisasi, kemungkinan terjadinya konflik selalu ada.