Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Ghosting Generasi Digital, Tak Melulu soal Asmara

Kompas.com - 11/04/2021, 15:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Alasan lainnya adalah mungkin saja pelaku merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas atau mungkin pelaku merasa tidak nyaman dengan situasi yang sedang dialami.

Si pelaku juga mungkin menemukan orang lain yang lebih menarik dan ingin mengakhiri hubungan dengannya.

Namun, jika ingin berpikiran positif, mungkin saja pelaku ghosting sedang sibuk sehingga tidak sempat membalas pesan ataupun mengabari sang korban.

Jika dipikirkan, ada banyak alasan seseorang melakukan ghosting. Adapun alasan-alasan yang wajar dan dapat diterima serta dimaafkan seperti sedang sibuk atau sedang ingin memiliki waktu sendiri.

Ada juga alasan-alasan yang sulit dimaafkan seperti melakukan ghosting karena menemukan orang lain yang lebih menarik dan sudah tidak ingin mempertahankan hubungan dengan seseorang.

Namun, yang terpenting adalah efek yang dihasilkan oleh tindakan ghosting tersebut.

Apakah dengan mengalami perilaku ghosting oleh seseorang, sang korban ghosting akan dirugikan dan merasa tidak nyaman? Apakah ghosting merupakan tindakan yang jahat menurut kalangan anak muda?

Tipe kepribadian orang yang menghindar atau mereka yang ragu untuk membentuk keterikatan dengan orang lain sering kali karena kepercayaan atau ketergantungan, orang dengan tipikal kepribadian seperti ini sering menggunakan metode ini untuk memulai perpisahan.

Keterkaitan ini biasanya dihubungkan apabila Anda memiliki masalah kepercayaan diri maka ghosting akan memperparah kondisi mental Anda.

Perasaan bersalah hingga bertanya-tanya korban ghosting tentu akan memengaruhi psikologisnya, tindakan menghilang/ghosting ini sangat menyakitkan dan merugikan apabila hubungan Anda dengan orang tersebut sudah semakin serius.

Ghosting yang terjadi pada ranah virtual kerap dialami generasi digital. Berikut alasan mengapa seseorang melakukan ghosting

  1. Sulit menyampaikan keinginannya
  2. Tidak mau berkomitmen
  3. Terlalu sibuk
  4. Tidak ingin menyakiti perasaan pihak lain
  5. Merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas

Biasanya orang yang melakukan ghosting tidak memikirkan efek yang akan diterima oleh korbannya.

Wendy Walsh, profesor psikologi dari California State University, menjelaskan bahwa ada empat level dari tindakan ini. Semakin dalam hubungan yang dijalin, akan semakin tinggi levelnya.

Setiap kadar di setiap hubungan bisa memengaruhi mental seseorang, intensitas hubungan dan kontak fisik menjadi salah satu yang berpengaruh.

Sikap ghosting sendiri sudah cukup populer beberapa tahun terakhir karena mulai banyak orang yang mengaitkan perihal ini dengan menghilang atau sikap orang yang tiba-tiba sulit diterima orang lain untuk mengistirahatkan diri dari social media.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com