Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Industri Fesyen Temukan Bahan Kulit Ramah Lingkungan dari Jamur

Kompas.com - 20/04/2021, 08:51 WIB
Intan Pitaloka,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Forbes

Mereka telah melakukannya dengan Stella McCartney sejak 2017, ketika pertama kali mulai mengembangkan tas Falabella berbahan dasar jamur, yang dipamerkan perdana setahun kemudian di pameran V&A Fashioned from Nature di London.

Bulan lalu Stella McCartney merilis pakaian pertama di dunia yang terbuat dari Mylo: atasan hitam dan celana utilitarian yang sensual namun atletis, menampilkan kulit jamur sebagai bahan dasarnya yang diletakkan di atas scuba nilon daur ulang.

Ini benar-benar-benar memberikan panggung bagi merek fesyen lainnya untuk mengikuti jejaknya menggunakan bahan-bahan yang menerapkan etos berkelanjutan.

Baca juga: Benarkah Botol Plastik PET Lebih Ramah Lingkungan?

Lalu, Hermès baru-baru ini merilis tas yang terbuat dari miselium halus reishi sementara Allbirds telah mengumumkan rencana untuk mengembangkan sepatu baru menggunakan "kulit" yang berasal dari getah pohon karet.

Biaya produksi mahal

Menurut Bainbridge, penggunaan kulit alternatif ini masih terbatas hanya untuk produk kalangan atas saja, dikarenakan adanya hambatan dalam produksi pembuatan bahan jamur ini.

“Setiap kali menaikkan skala, tentu akan mengalami pergantian peralatan yang besar, dan itu mengubah proporsi campuran, lalu bisa mengubah segalanya tentang dinamika material,” kata Bainbridge.

Memiliki mitra yang berkomitmen tampaknya menjadi kunci utama untuk membawa kulit jamur ke masyarakat.

"Sekarang kami memiliki fasilitas produksi, kami akan segera mencapai titik di mana kami memiliki produksi skala besar," kata Bainbridge.

Baca juga: KIND, Denim Lokal yang Ramah Lingkungan

Bainbridge optimis tentang peluncuran Adidas ini menandai awal dari ekspansi tersebut untuk menjadi produk komersial.

Isu berkelanjutan

Di tengah industri fesyen yang semakin peduli dengan jejak lingkungannya, tidak heran kulit jamur menarik minat.

Dibandingkan dengan kulit hewan, yang mengkonsumsi sumber daya alam dalam jumlah yang signifikan dalam tahun produksi, Mylo diproduksi dalam dua minggu.

Meskipun ada banyak alternatif kulit non-hewani yang tersedia, sebagian besar terbuat dari plastik. Tekstil berbasis miselium (bagian dari jamur) melibatkan metode pertumbuhan regeneratif dan mengandung lebih sedikit petrokimia daripada yang sintetis.

Dengan gaung isu berkelanjutan yang semakin kuat, ini adalah waktu yang tepat untuk  meluncurkan produk dari jamur.

Jamur tidak hanya memuncak sebagai sumber bahan, tapi juga bermunculan dalam desain. Mulai dari anting Chanel jamur kancing hingga lampu berbentuk jamur bermata lembut, hingga tas kulit berukir jamur Bella Hadid. Jamur telah menjadi motif andalan tahun lalu. 

“Tanpa jamur, semua ekosistem akan mati,” kata Francesca Gavin, kurator Mushrooms: The Art, Design, dan Future of Fungi.

“Jamur memberikan contoh indah tentang pentingnya alam yang menakjubkan bagi kehidupan manusia untuk berkembang.”

Hiruk pikuk mengenai jamur lebih dari sekadar berhubungan dengan alam, dan mewakili keinginan yang lebih besar untuk menemukan kenyamanan dalam kemanusiaan kita bersama.

Baca juga: Tren Thrifting Shop, Trik Fashionable Sekaligus Peduli Lingkungan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com