Ia juga bicara terbuka dengan berbagai media mengenai kondisi negaranya saat ini, termasuk dengan The New York Times.
Baca juga: 100 Hari Kudeta Myanmar: Rangkuman Peristiwa dan Perkembangan Terkini
"Mereka membunuh orang-orang kami seperti binatang, di mana kemanusiaan? Kami tidak berdaya di sini," jelasnya.
"Tentara berpatroli di kota setiap hari dan kadang-kadang mereka memasang penghalang jalan untuk mengganggu orang-orang yang datang," katanya.
Ia menyebutkan dalam beberapa kasus tentara kerap menembak tanpa ragu-ragu. Karena berbagai alasan ini, rakyatnya merasa takut dan marah setiap kali melihat pihak militer.
Karena sikap dan aksi beraninya ini, wanita berusia 22 tahun ini juga tidak yakin akan kembali dengan selamat ketika kembali ke Myanmar nanti.
Baca juga: Myanmar Masih Krisis, Junta Militer Dapat Investasi Rp 39 Triliun
Ia tak tahu harus pergi ke mana pasca acara berakhir nanti, namun tak ragu untuk tetap memperjuangkan hal terbaik untuk warga negaranya.
Adapun, konflik politik di Myanmar disebabkan karena pimpinan terpilih hasil demokrasi, Aung San Suu Kyi dipenjarakan oleh pihak militer.
Hal ini memicu aksi protes warga dan kemudian menelan korban tewas setidaknya sebanyak 780 orang.
Baca juga: Wakil Meksiko Andrea Meza Jadi Pemenang Miss Universe 2020
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.