Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Pentahelix: Masihkah Relevan untuk Edukasi Gizi?

Kompas.com - 31/05/2021, 08:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tidak cukup sampai di situ, nomor telepon si ibu bisa berada di tangan orang-orang pemasaran yang berulang kali mengejar mirip penagih hutang.

Begitu kode pemasaran dilanggar, pemasaran silang pun tak terelakkan. Susu formula, susu pertumbuhan, produk makanan bayi kemasan, hingga botol susu dan dot yang membuat bayi bingung puting dan ibunya menangis berhari-hari karena anaknya menolak menyusu langsung.

Sangat ironis melihat fakta ibu memompa air susunya sendiri di rumah, demi bayinya yang hanya mau minum dari botol dan dot.

Melindungi proses menyusui bukan cuma sebatas susu formula lagi. Tapi semua hal yang terkait.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Gizi Anak Selama Pandemi, Apa Tindakan Orangtua?

Iming-iming cara praktis menyelesaikan masalah tanpa perlu berpikir apalagi menunaikan kewajiban sebagai orang tua akhirnya masuk juga ke pangan praktis saat bayinya masuk usia mengonsumsi MPASI.

Makanan pendamping asi yang tidak layak disebut demikian jika yang didampingi sebetulnya susu formula. Pun kerap disalahartikan sebagai makanan ‘pengganti’ ASI ketika jagat maya viral tren MPASI dini.

Tak jarang nakes ikut-ikutan mengutip omongan beberapa spesialis anak yang menyebut MPASI kemasan adalah solusi ibu-ibu yang mau tetap waras.

Seakan-akan belajar menyiapkan makanan sederhana, bagi bayi sendiri yang diambil dari menu keluarga membuat para perempuan tidak waras dan kemana-mana harus mengukur dan menimbang bahan pangan bayinya seperti tukang mas atau ahli gizi karbitan.

Padahal di lapangan bubuk kemasan yang ‘murah meriah’ itu diramaikan berbagai merk dan kasta. Tidak jaminan bayi mangap tanpa melepeh. Belum lagi jika didera sembelit.

Sekali lagi, di masyarakat sekarang ibu-ibu muda ditakut-takuti sayur sebagai penyebab sembelit. Dan buah lebih baik di-skip karena tidak membuat bayi montok.

Demi mengejar figur gembulita, dunia perdagangan pangan bayi diramaikan oleh bermacam pernik botol dan kemasan lucu-lucu berisi aneka minyak, keju dan ‘unsalted butter’.

Suatu fenomena miris dipelajari lewat influencer masa kini, yang sebenarnya hanya para endorser produk.

Buku merah muda panduan nasional “Kesehatan Ibu dan Anak” sama sekali tidak dibaca, teronggok rapi yang hanya dibawa saat bayi imunisasi dan ditimbang.

Dan di buku tersebut sama sekali tidak tertulis berbagai asesori heboh yang dikejar ibu-ibu muda sampai di pelosok Kalimantan dan desa pesisir Jawa ‘demi bayinya sehat dan gemuk’.

Faktanya, alih-alih bayinya sungguhan berbobot cukup, anemia dan tinggi badan tak terkejar tetap menghantui.

Sudah terlalu runyam carut marut masalah di atas, yang membuat Indonesia semakin sulit mengatasi gizi buruk dan stunting.

Baca juga: ASI dan Menjaga Jarak Kehamilan, Cara Efektif Cegah Stunting pada Anak

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com