Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/07/2021, 10:57 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Tak sedikit orangtua yang terbiasa membentak anaknya ketika anak berbuat sesuatu yang dianggap kesalahan atau sekadar ingin mendisiplinkan anak.

Padahal, membentak bukanlah cara ideal membuat anak menjadi disiplin.

Laman Parents menjelaskan beberapa dampak buruk membentak anak yang mungkin terjadi. Respons amarah dengan cara membentak bisa membuat anak merasa tidak dihargai, bahkan rentan mengalami kecemasan dan depresi di masa mendatang.

Saat dibentak, otak anak juga akan berada pada mode "fight or flight" dan memandang orangtua sebagai ancaman. Alih-alih belajar untuk menjadi disiplin, anak justru tidak bisa belajar dalam kondisi tersebut.

Baca juga: Orangtua Sering Membentak Anak, Ini 6 Dampak Buruknya

Mengajari anak disiplin dapat dilakukan melalui beberapa cara dan tentunya tidak perlu melibatkan amarah atau kebiasaan membentak.

Dokter spesialis anak, Edward Gaydos, DO menyebutkan ada lima cara mendisiplinkan anak yang bisa dipraktikkan orangtua tanpa harus membentak:

1. Tidak memandang disiplin sebagai hukuman

Bagi sebagian orang, disiplin terasa seolah-olah seperti menghukum anak.

Padahal, disiplin lebih merupakan sarana untuk terlibat secara aktif dengan anak-anak demi membentuk karakter moral mereka. Disiplin diperlukan untuk mengajari anak tentang apa yang benar dan salah.

Ini adalah keterampilan yang sangat penting untuk mereka berfungsi di masyarakat kelak.

Menurut Gaydos, mengajari anak untuk disiplin sama dengan mengajari mereka untuk mengendalikan diri. Tentu ini berbeda dengan hukuman.

"Hukuman adalah sesuatu yang sifatnya langsung dan berfungsi sebagai pembalasan," katanya, seperti dilansir Cleveland Clinic.

Disiplin jauh lebih efektif dalam membentuk karakter anak daripada hukuman. Meski begitu, membentuk sikap disiplin memang memerlukan lebih banyak upaya dan waktu.

Baca juga: Ajari 5 Sikap Tegas Ini kepada Anak agar Tak Jadi Korban Bullying

2. Temukan waktu untuk memuji

Seperti yang telah diungkapkan, membentuk sikap disiplin pada anak memerlukan waktu dan usaha.

Ini adalah mengenai pola asuh anak secara keseluruhan, tidak hanya pada waktu-waktu tertentu saja.

Oleh karena itu, penting untuk mengapresiasi anak ketika mereka melakukan sesuatu yang baik.

Pastikan orangtua menyadari ketika anak secara aktif menunjukkan perilaku yang dianggap "baik" dan berikan pujian langsung atas apa yang mereka lakukan.

Tak hanya dapat membentuk perilaku positif pada anak, kebiasaan ini juga bisa membangun kepercayaan diri anak.

"Luangkan waktu untuk mendengarkan apa yang anak katakan dan sampaikan bahwa kita setuju ketika mereka mengungkapkan sesuatu yang baik."

"Jika tidak setuju sekalipun, pastikan anak tahu alasannya," kata Gaydos.

Orangtua yang selalu berusaha hadir untuk anaknya dan menunjukkan empatinya akan membuat anak menjadikan orangtua sebagai contoh (role model). Komunikasi selalu menjadi kuncinya.

3. Menetapkan batasan

Kita semua harus mematuhi batasan yang ada di dunia dan anak juga perlu memahami batasan-batasan tersebut.

Luangkan waktu untuk memberi tahu anak-anak tentang perilaku yang diharapkan dari mereka. Namun, ketika menetapkan batasan, pastikan orangtua juga mematuhinya.

Contohnya, dalam menetapkan jam malam.

Pastikan anak tahu ada konsekuensi jika tidak mematuhinya dan beri contoh yang baik bahwa kita sebagai orangtua juga akan mematuhi konsekuensi tersebut.

Pastikan tidak ada hal-hal yang mengejutkan atau negosiasi baru.

Baca juga: Pahami, Begini Cara Anak Ungkapkan Emosi Berdasarkan Usia

4. Spesifik

Mengharapkan anak menjadi apa yang kita inginkan tetapi tidak memberikan deskripsi yang spesifik dan jelas bisa membuat anak merasa frustrasi. Tak hanya anak, orangtua juga mungkin merasakannya.

Jadi, pastikan secara spesifik memberikan batasan yang jelas dan realistis tentang target-target yang kita miliki.

"Mengingatkan anak untuk jadi "anak baik" terlalu luas dan pesannya terlalu umum," kata Gaydos.

Mengajari anak disiplin juga dapat dilakukan dengan memastikan untuk lebih spesifik dalam tugas-tugas harian yang menjelaskan seperti apa "baik" yang dimaksud oleh orangtua.

Bantu anak memahami apa yang diharapkan orangtua darinya.

Misalnya, "baik" bisa berarti tidak memotong pembicaraan orangtua ketika menasehati atau tidak lari-larian ketika berada di keramaian.

Ajari anak disiplin lewat berbagai aktivitas hariannya.FREEPIK/FWSTUDIO Ajari anak disiplin lewat berbagai aktivitas hariannya.

5. Memosisikan diri sebagai orangtua, bukan teman

Banyak orangtua menganggap pemikiran "menjadikan orangtua sebagai teman" sebagai pola asuh ideal.

Memang, kita semua ingin memosisikan anak sebagai sahabat. Namun, anak juga perlu orangtuanya memimpin dan mengajari mereka seiring mereka tumbuh besar.

Mendisiplinkan anak dan menetapkan batasan dapat membantu menanamkan rasa percaya diri ketika anak belajar menavigasi dirinya melalui kehidupan.

Dengan mengajarkan disiplin, orangtua tidak dalam kondisi pasif yang tiba-tiba dituntut untuk bereaksi. Orangtua terlibat aktif sebagai guru bagi anak.

"Ini adalah proses berkelanjutan yang memerlukan upaya," tuturnya.

Kedisiplinan akan membuahkan hasil ketika melihat anak tumbuh menjadi lebih percaya diri ddan mampu mengembangkan moral yang baik.

Baca juga: Jadikan Anak sebagai Teman, Pola Asuh Idealkah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com