Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri-ciri Anak Remaja Alami Stres di Masa Pandemi dan Solusinya

Kompas.com, 29 Juli 2021, 09:24 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Stres di masa pandemi Covid-19 tak hanya dialami orang dewasa, tapi juga pada anak dan remaja.

Beberapa stres yang dialami anak di masa pandemi seperti bosan dan frustrasi, ketidakjelasan informasi, tidak bisa berkontak langsung dengan teman-teman dan guru, hingga ikut merasakan stres finansial yang dialami orangtua.

Saah satu hal yang memicu stres pada anak remaja adalah minimnya ruang privasi. Menurut dr Fransiska Kaligis, SpKJ(K), remaja secara alami lebih banyak bergaul dengan teman-temannya daripada orangtua. Bahkan, banyak remaja terlihat menajuh dari orangtuanya.

Namun, situasi pandemi membuat mereka harus bersama orangtua seharian. Pada beberapa situasi, orangtua yang mungkin merasa cemas dengan kondisi anak sering kali berkunjung ke kamar mereka untuk mencari tahu apa yang dilakukannya

Hal ini ternyata dapat membuat anak merasa terganggu. Sebagian remaja menganggap orangtuanya terlalu ingin tahu tentang apa yang dikerjakannya.

"Buat remaja, kurangnya personal space ini juga menimbulkan stres yang cukup tinggi," katanya dalam Seminar Umum yang ditayangkan kanal YouTube Center of e-Learning IMERI-FKUI, Rabu (28/07/2021).

Baca juga: Catat, Tanda Anak Alami Stres Berdasarkan Usianya

Fransiska menyebutkan beberapa ciri-ciri stres pada anak remaja.

Reksi stres yang paling sering ditunjukkan remaja berbentuk kondisi perilaku (acting out), seperti melakukan perilaku membahayakan atau berisiko. Beberapa contohnya adalah terlibat narkoba, merokok, minum minuman keras, balap liar, dan lainnya.

Anak remaja yang mengalami stres juga bisa saja tidak mau membicarakan sama sekali emosinya dan memilih diam.

Mereka juga bisa saja sering bertengkar atau berargumentasi dengan orangtua atau saudara kandungnya dan tampak lebih menentang atau sulit diatur.

"Pada kondisi ini, dukungan sosial dan keluarga sangat penting, dari anggota keluarga, dan teman," ucap Fransiska.

Ilustrasi anak remaja yang stres.SHUTTERSTOCK Ilustrasi anak remaja yang stres.

Mengatasi stres pada remaja

Pada anak usia remaja, Fransiska mengatakan, dukungan orangtua sangatlah penting karena umumnya remaja memiliki emosi yang kurang stabil.

Orangtua perlu sangat berempati dan menunjukkan dukungannya, serta memastikan komunikasi berjalan dua arah, bukan hanya satu arah dari orangtua saja.

Orangtua di sini juga bersifat sebagai role model atau teladan bagi anak.

Selain itu, pastikan orangtua meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas bersama anak.

"Di masa pandemi ini karena remaja juga bisa mengalami stres, kita bisa melakukan hobi bersama yang disukai anak, seperti nonton bersama, dan ngomongin topik yang disukai anak seperti tentang selebriti, musik, film," katanya.

Baca juga: 6 Teknik Relaksasi bagi Anak Pra-remaja untuk Melepas Stres

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau