KOMPAS.com - Warganet baru-baru ini gempar dengan kabar antibodi vaksin Sinovac yang menurun enam bulan pasca vaksinasi.
Kabar ini menyebar di media sosial setelah pemberitaan soal hasil penelitian pada vaksin tersebut yang dilakukan di China. Banyak warganet khawatir tak lagi terlindungi secara optimal dari risiko penyebaran Covid-19.
Beberapa mempertanyakan, perlunya masyarakat mendapatkan vaksin dosis ketiga sebagai booster untuk menangkal infeksi virus.
Terlebih lagi, Sinovac merupakan merk vaksin yang paling banyak dipakai di Indonesia. Vaksin produksi perusahaan Tiongkok ini paling pertama tersedia di Indonesia dan kemudian dipakai di berbagai program vaksinasi pemerintah termasuk untuk anak-anak.
Menggapi hal ini, spesialis penyakit dalam, RA Adaninggar,dr,SpPD, mengatakan tidak perlu khawatir soal antibodi yang menurun pasca vaksin karena itu adalah hal yang normal.
"Jika kita divaksin itu tidak bertahan lama terus segitu, kadarnya pasti akan turun tentunya, selama beberapa saat sesuai sistem imun masing-masing," terangnya.
Menurutnya, penurunan jumlah antibodi ini tidak perlu dikhawatirkan selama tidak ada infeksi virus atau belum divaksin ulang.
Meski demikian, kekebalan tubuh tetap bisa terjaga karea adanya yang namanya sel memori di dalam tubuh manusia.
Dokter Ning menjelaskan, vaksin Sinovac bisa menginduksi terbentuknya sel T alias sel memori yang akan memicu pembentukan antibodi dalam kadar yang tinggi jika terinfeksi Covid-19 lagi.
Sel ini, tambahnya, bisa mengingat bentuk dari virus tersebut sehingga ketika terinfeksi akan cepat memicu tubuh untuk membentuk antibodi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.