Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/08/2021, 19:35 WIB
Intan Pitaloka,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Protein adalah blok bangunan utama tubuh yang membantu membentuk otot, menghasilkan hormon, memperkuat kulit dan tulang, serta mengangkut nutrisi.

Ini menjadikan protein sangat penting untuk tubuh kita. Namun, bukan berarti mengasup lebih banyak protein selalu membuat kita lebih sehat. 

“Mengkonsumsi protein ekstra, terutama dari suplemen protein, belum tentu sehat atau bermanfaat,” kata spesialis nutrisi olahraga Diana Schnee, MS, RD, CSP, LD.

“Dan ini terutama berlaku untuk anak-anak. Faktanya, asupan protein yang berlebihan tidak menyebabkan lebih banyak perkembangan otot, tetapi malah dapat memberi tekanan pada hati dan ginjal mereka serta meningkatkan risiko dehidrasi.”

Baca juga: Cara Tepat Hitung Kebutuhan Protein Harian

Berapa banyak protein harian yang dibutuhkan anak?

"10 sampai 30 persen dari asupan kalori kita sebaiknya berasal dari protein," menurut Food and Nutrition Board, Institute of Medicine, National Academy of Sciences.

  • Untuk anak-anak yang lebih kecil, itu dipecah berdasarkan usia: Anak-anak usia 4 hingga 9 tahun membutuhkan 19 gram protein setiap hari. Anak yang berusia antara 9 dan 13 tahun membutuhkan 34 gram.
  • Untuk remaja, usia 14 hingga 18 tahun, bervariasi berdasarkan jenis kelamin: Anak laki-laki membutuhkan 52 gram dan anak perempuan membutuhkan 46 gram.

Secara keseluruhan, anak-anak harus mendapatkan cukup protein setiap hari untuk kebutuhan dasar dan aktivitas.

Kebanyakan anak mungkin sudah mendapat protein dari menu sehari-hai seperti daging, ikan, atau tempe. Artinya, tambahan dari suplemen protein justru bisa melebihi kebutuhan sehari-hari mereka dan tidak perlu.

“Untuk anak, fokusnya harus lebih pada asupan makanan utuh yang memadai daripada suplemen,” kata Schnee.

“Mereka memang memiliki kebutuhan protein yang sedikit lebih tinggi, tetapi hanya atlet elit yang harus mempertimbangkan untuk menambahkan suplemen protein ke dalam makanan, dan hanya jika mereka berusia lebih dari 18 tahun.”

Baca juga: 5 Pilihan Makanan Nabati dengan Kandungan Protein Setara Daging

Bahaya suplemen protein

Alih-alih membantu, menambahkan protein ekstra dari suplemen ke dalam makanan anak kita dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, seperti:

1. Pertambahan berat badan

Kelebihan protein berarti kelebihan kalori. Jika seorang anak tidak dapat membakar kalori, tubuh akan menyimpannya sebagai lemak.

2. Kerusakan organ

Kadar protein yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal dan membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring produk limbah. Makanan tinggi protein membuat ginjal lelah dari waktu ke waktu, dan berkontribusi pada dehidrasi.

Lalu, pemrosesan protein juga menciptakan nitrogen di hati. Tingkat nitrogen yang tinggi membuat tubuh lebih sulit untuk memproses limbah dan racun, serta dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk memecah nutrisi.

3. Masalah untuk anak-anak dengan sistem kekebalan yang lemah

“Suplemen protein tidak diatur oleh Food and Drug Administration (FDA),” kata Schnee.

“Banyak produk tidak memberi label pada semua bahannya, jadi kita tidak tahu persis apa yang dikonsumsi anak kita. Banyak bubuk protein mengandung stimulan atau zat yang dapat mengganggu sistem pencernaan anak.”

Baca juga: Hati-hati, Kelebihan Protein Hewani Picu Penyakit Kardiovaskular

Apakah ada keadaan di mana protein tambahan dibutuhkan?

“Ada kasus khusus di mana seorang anak mungkin membutuhkan protein makanan tambahan. Namun, meskipun demikian, suplemen protein atau shake bukanlah pilihan terbaik,” kata Schnee.

Anak kita mungkin membutuhkan protein tambahan jika:

1. Berat badan kurang

Menawarkan protein shake atau suplemen mungkin tampak seperti perbaikan yang mudah, tetapi kita perlu berhati-hati.

“Kita tidak boleh memberikan minuman berprotein kepada anak-anak hanya karena mereka kekurangan berat badan,” kata Schnee.

"Jangan gunakan produk ini tanpa berkonsultasi dengan dokter anak. Lebih baik mendapat protein dari makanan utuh."

2. Pemilih dalam hal makanan

Apabila anak kita termasuk sebagai anak yang pemilih dalam hal makanan, seperti hanya ingin makan pizza saja dibanding makan daging.

Tentu artinya anak kita hanya mengkonsumsi lebih sedikit protein, tetapi mereka kemungkinan masih terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

3. Vegan/Vegetarian

Anak-anak yang tidak makan daging seringkali memiliki kadar protein yang lebih rendah.

“Mereka mungkin membutuhkan 10-15 persen lebih banyak asupan protein untuk mendapatkan manfaat yang sama seperti pemakan daging,” kata Schnee.

Dia menyarankan untuk mengonsumsi selai kacang, tempe, kacang-kacangan, oatmeal dan sayuran tertentu, seperti kacang polong, brokoli dan bayam, sebagai sumber protein yang baik.

Baca juga: Tempe, Sumber Protein Terbaik di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com