Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ubah Pola Makan, Langkah Kecil demi Hidup Sehat dan Panjang Umur

Kompas.com - 20/08/2021, 08:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kandungan dalam makanan yang kita konsumsi bisa memengaruhi usia.

Semakin sehat makanan yang dipilih, maka semakin banyak manfaat kesehatan yang dperoleh tubuh.

Satu penelitian yang dilakukan para ilmuwan di University of Michigan mengungkapkan, mengonsumsi roti seperti hot dog akan memperpendek usia selama 36 menit.

Baca juga: Perbaikan Pola Makan untuk Cegah Anemia pada Remaja

Di sisi lain, satu porsi kacang bisa meningkatkan hidup sehat kita selama 26 menit.

Hasil penelitian ini  dimuat ke dalam jurnal Nature Food.

Para peneliti mengevaluasi lebih dari 5.800 jenis makanan. Mereka mengurutkan makanan itu berdasarkan manfaatnya bagi manusia, dan dampak makanan terhadap lingkungan.

Hasilnya, jika kita mengganti 10 persen asupan kalori harian dari daging sapi dan daging olahan dengan buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan dan makanan laut tertentu, hidup sehat kita meningkat 48 menit per hari.

Mengganti asupan kalori harian juga mengurangi jejak karbon dari makanan yang kita konsumsi hingga sepertiga.

"Rekomendasi diet secara umum kurang spesifik dan cenderung memotivasi orang untuk mengubah perilaku mereka, jarang ada rekomendasi diet untuk mengatasi dampak lingkungan."

Begitu penjelasan Katerina Stylianou, penulis penelitian dan rekan pascadoktoral di Department of Environmental Health Sciences di School of Public Health, University of Michigan.

Saat ini, Katerina Stylianou bekerja sebagai Director of Public Health Information and Data Strategy di Detroit Health Department.

Baca juga: Panduan Pola Makan Sehat Pasien Isoman Covid-19

Penelitian yang dilakukan Stylianou dilandaskan pada Health Nutritional Index yang dikembangkan para peneliti bersama ahli gizi Victor Fulgoni III dari Nutrition Impact LLC.

Dampak konsumsi makanan pada kesehatan

Health Nutritional Index diadaptasi dari Global Burden of Disease, di mana mortalitas dan morbiditas penyakit dikaitkan dengan pilihan makanan individu.

Peneliti menggunakan 15 faktor risiko diet dan perkiraan beban penyakit dari Global Burden of Disease, lalu menambahkan indikator berupa nutrisi pada makanan yang dikonsumsi di AS.

Data terkait makanan itu diambil dari What We Eat in America dari National Health dan Nutrition Examination Survey.

Makanan yang mendapat nilai atau skor positif menambah waktu hidup sehat (dalam hitungan menit).

Sementara, makanan yang mendapat skor negatif dikaitkan dengan masalah kesehatan yang merugikan kesehatan manusia.

Dampak makanan terhadap lingkungan

Guna meneliti dampak satu makanan terhadap lingkungan, para peneliti menggunakan metode untuk menilai dampak siklus hidup makanan yang dinamai Impact World+.

Kemudian, metode itu dilengkapi penilaian berupa penggunaan air dan gangguan kesehatan yang dialami manusia dari partikel halus.

Baca juga: Survei: Masyarakat Manfaatkan Pandemi untuk Perbaiki Pola Makan Sehat

Mereka membuat skor untuk 18 indikator lingkungan dengan mempertimbangkan resep makanan serta limbah makanan.

Terakhir, para peneliti mengategorikan makanan ke dalam tiga zona warna, yakni hijau, kuning dan merah.

Zona hijau terdiri dari makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi seseorang, memiliki nutrisi baik dan berdampak rendah terhadap lingkungan.

Makanan yang termasuk dalam zona hijau antara lain kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran yang dipanen di ladang (bukan di rumah kaca), legumes, biji-bijian, dan beberapa makanan laut.

Zona merah mencakup makanan yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan dan kurang bergizi, dan konsumsi makanan dalam zona tersebut harus dibatasi.

Makanan yang termasuk zona merah yaitu daging olahan, daging sapi, babi, dan domba.

Peneliti juga menjelaskan, setiap indikator bervariasi dan makanan yang bernutrisi belum tentu memberikan dampak lingkungan yang rendah, begitu pula sebaliknya.

"Pada studi sebelumnya, kesimpulan yang didapat berubah menjadi perdebatan makanan nabati versus hewani," cetus Stylianou.

Baca juga: Pola Makan Tinggi Lemak Picu Risiko Kematian Jantung Mendadak

"Kami menemukan makanan nabati umumnya lebih baik, namun ada banyak variasi dalam makanan nabati dan hewani."

Berdasarkan temuan mereka, para peneliti menyarankan kita untuk:

- Membatasi makanan yang memberi dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.

Makanan tersebut antara lain daging olahan, daging sapi, udang, daging babi, domba, dan sayuran yang ditanam di rumah kaca.

- Meningkatkan asupan makanan yang bernutrisi dan berdampak rendah terhadap lingkungan.

Asupan tersebut antara lain buah-buahan dan sayuran yang ditanam di ladang, kacang-kacangan, legumes, dan makanan laut.

Baca juga: Jenis Gangguan Pola Makan yang Meningkat Selama Pandemi

"Keharusan mengubah pola makan untuk meningkatkan kesehatan manusia dan lingkungan sudah jelas."

Demikian dikatakan Olivier Jolliet, penulis studi dan profesor ilmu kesehatan lingkungan di University of Michigan.

"Temuan kami menunjukkan makanan pengganti yang ditargetkan bisa memberikan manfaat kesehatan dan lingkungan secara signifikan, tanpa adanya perubahan pola makan yang drastis."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com