Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Dokter Qory, Ini 4 Fase yang Buat Korban KDRT Sulit Lepas

Kompas.com - Diperbarui 21/11/2023, 09:15 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Kondisi ini membuat rasa frustasi pelaku KDRT meningkat seiring waktu dan semakin bertambah marah ketika merasa kehilangan kendali.

Baca juga: Dokter Qory Sedang Hamil 6 Bulan Saat Dianiaya Suami

Umumnya, korban KDRT akan mencoba untuk meredakan ketegangan tersebut untuk mencegah kekerasan yang bakal dialaminya.

Selama waktu ini, biasanya orang yang berisiko dilecehkan merasa cemas dan waspada sambil berharap tidak membuat pasangannya marah.

Insiden

Pelaku KDRT cenderung merasa perlu melepaskan ketegangan yang dirasakannya, demi memiliki kuasa dan kendali lagi.

Demi tujuan itu, mereka akan mulai berperilaku kasar seperti:

  • Melempar hinaan atau memanggil nama pasangannya
  • Mengancam akan menyakiti pasangannya
  • Mencoba mengontrol bagaimana pasangannya bertindak, berpakaian, memasak, dll.
  • Melakukan tindakan kekerasan fisik atau seksual terhadap pasangannya
  • Memanipulasi pasangannya secara emosional, yang dapat berupa menargetkan rasa tidak aman mereka atau berbohong dan menyangkal melakukan kesalahan

Pelaku KDRT juga akan mengalihkan kesalahan atas perilakunya kepada pasangannya.

Contohnya, menyalahkan perilaku korban yang memicu amarahnya sehingga melakukan kekerasan.

Baca juga: Apakah Pelaku KDRT Layak Dimaafkan?

Rekonsiliasi

Fase ketiga KDRT berupa rekonsiliasi biasanya terjadi beberapa waktu setelah insiden dan ketegangan mulai berkurang.

Pelaku KDRT akan mulai memperbaiki keadaan dengan menawarkan hadiah, bersikap terlalu baik, atau merayu dengan penuh kasih sayang.

Periode rekonsiliasi sering disebut sebagai "tahap bulan madu" karena meniru awal hubungan ketika pasangan berada pada perilaku terbaiknya.

Baca juga: Kenali Bentuk Baru KDRT Lewat Gadget dan Media Sosial

Pasa fase ini, korban KDRT mendapatkan curahan kasih sayang dan kebaikan ekstra sehingga memicu reaksi otak yang melepaskan hormon dopamin dan oksitosin.

Kedua hormon ini memunculkan perasaan positif dan kasih sayang sehingga korban akan merasa lebih dekat dengan pasangannya dan seolah-olah semuanya kembali normal.

Tenang

Selama fase tenang, akan muncul pembenaran dan penjelasan sehingga kekerasan domestik yang dilakukan termaafkan.

Misalnya ketika pelaku KDRT mengaku menyesal melakukannya dan menyalahkan faktor di luar hubungan termasuk stres pekerjaan dan finansial.

Baca juga: Pasanganmu KDRT? Lakukan Hal Ini

Selain itu, mereka akan menunjukkan penyesalan dan berjanji tidak akan melakukan KDRT lagi.

Karena sifatnya yang meyakinkan, korban KDRT cenderung percaya bahwa insiden itu tidak seburuk yang dikira sehingga kemudian memaafkan pasangannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com