KOMPAS.com - Bayi yang rewel memang berpotensi bikin orangtua panik, apalagi jika orangtua itu adalah seorang ibu baru. Tak jarang, kepanikan itu berujung pada stres, kecemasan atau pikiran buruk terkait keselamatan anaknya.
Nah, apa penyebabnya?
Dikatakan oleh Psikolog dan pendiri dari layanan psikologi TigaGenerasi Saskhya Aulia Prima, M. Psi., struktur otak seorang ibu berubah setelah memiliki anak.
Ini mengakibatkan bagian yang mengontrol empati dan kecemasan meningkat aktivitasnya.
Bersama dengan perubahan hormonal, hal tersebut membuat ibu bereaksi dengan perasaan protektif dan khawatir yang terus-menerus saat mendengar tangisan bayinya.
“Jika dibiarkan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan mental ibu,” ujar Saskhya dalam virtual launching My Baby Minyak Telon Plus Lavender pada Kamis (31/3/2022).
Baca juga: Mengapa Orangtua Perlu Segera Menanggapi Tangisan Bayi?
Saskhya juga mengungkapkan bahwa peran orang terdekat dalam merawat bayi sangat diperlukan dalam membantu menjaga kesehatan mental ibu.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh C.P. Alexander bersama rekannya, ditemukan bahwa 90,2 persen bayi dengan tingkat kerewelan dan risiko kolik yang rendah rupanya dipengaruhi oleh tingginya dukungan orang terdekat pada ibu, khususnya bagi ibu baru.
“Belum lagi ketika tangisan si kecil membuat ibu terjaga di malam hari. Kelelahan pun turut membuat ibu semakin sulit mengatasinya. Karenanya, dukungan pasangan dan orang terdekat sangatlah diperlukan”, tambahnya.
Nah, selain dengan mendapatkan dukungan, untuk melatih ibu agar siap dan tidak stres saat menangani anak yang rewel, Saskhya menambahkan tiga hal yang dapat dilakukan secara rutin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.