Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata, Kepribadian Bisa Picu Gangguan Kognitif

Kompas.com - 13/04/2022, 14:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Beberapa kepribadian tertentu ternyata dapat menjadi faktor kunci apakah seseorang akan mengalami gangguan kognitif atau tidak di kemudian hari.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology membahas mengenai hal ini.

Disebutkan, menjadi lebih teliti dan ekstrovert bisa membuat gangguan kognitif menjadi lebih ringan.

Sementara, memiliki tingkat neurotisme yang lebih tinggi dapat meningkatkan kemungkinan penurunan kognitif.

Baca juga: Mengenal Aphasia, Gangguan Kognitif Langka yang Diderita Bruce Willis

"Ciri-ciri kepribadian mencerminkan pola berpikir dan berperilaku yang relatif bertahan lama."

"Hal ini secara kumulatif dapat memengaruhi keterlibatan dalam perilaku dan pola pikir sehat maupun tidak sehat sepanjang masa hidup."

Demikian penuturan Tomiko Yoneda, penulis utama studi sekaligus seorang mahasiswa pascadoktoral psikologi di University of Victoria di Kanada.

"Akumulasi pengalaman seumur hidup kemudian dapat berkontribusi pada kerentanan penyakit atau gangguan tertentu."

"Misalnya, gangguan kognitif ringan atau berkontribusi pada perbedaan individu dalam kemampuan untuk menahan perubahan neurologis terkait usia," sambung dia.

Direktur Klinik Pencegahan Alzheimer di Pusat Kesehatan Otak di Florida Atlantic University's Schmidt College of Medicine, Dr Richard Isaacson juga mengungkap pandangannya.

Dia menyebut, kepribadian tertentu tidak hanya dapat menurunkan kognitif, tetapi juga bisa mengembangkan penyakit alzheimer.

Baca juga: Hewan Peliharaan Perlambat Penurunan Fungsi Kognitif Lansia

"Atau mungkin ada lebih banyak peran biologis langsung yang terkait dengan patologi penyakit awal," kata dia.

"Tapi, tidak jelas juga apakah ada pengaruh stres atau peradangan saraf yang mendorongnya."

"Penilaiannya tidak benar-benar ada untuk ini sehingga masih sulit untuk dibuktikan," ujar dia.

 

Ciri-ciri kepribadian utama

Diketahui, studi ini juga menganalisis kepribadian hampir 2.000 orang yang berpartisipasi dalam Rush Memory and Aging Project.

Rush Memory and Aging Project adalah sebuah studi longitudinal terhadap lansia di daerah Chicago yang dimulai pada tahun 1997.

Studi ini meneliti peran tiga ciri kepribadian utama (kesadaran, ekstroversi, dan neurotisisme) tentang bagaimana orang melewati penurunan kognitif di kemudian hari.

Neurotisisme adalah sifat kepribadian yang memengaruhi seberapa baik seseorang menghadapi stres.

Orang-orang neurotik juga mendekati kehidupan dalam keadaan kecemasan, kemarahan, dan kesadaran diri yang sering melihat frustrasi kecil sebagai sesuatu yang berlebihan atau mengancam.

"Orang yang teliti cenderung memiliki tingkat disiplin diri yang tinggi, terorganisir, dan terarah pada tujuan."

Baca juga: Tidur Lebih dari 6,5 Jam Semalam Turunkan Fungsi Kognitif, Benarkah?

"Sementara ekstrovert antusias tentang kehidupan dan memiliki sifat tegas, serta ramah," kata Yoneda.

"Orang dengan skor tinggi pada kesadaran atau skor rendah dalam neurotisisme secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan gangguan kognitif ringan selama penelitian," lanjut dia.

Yoneda pun menuturkan, setiap enam poin tambahan yang dicetak seseorang pada skala kesadaran dapat menurunkan risiko gangguan kognitif ringan hingga 22 persen.

Itu artinya, orang yang berusia 80 tahun dengan kesadaran tinggi bisa hidup dua tahun lebih lama tanpa masalah kognitif dibandingkan dengan mereka yang memiliki kesadaran rendah.

Sedangkan, setiap tambahan tujuh poin pada skala yang dikaitkan dengan neurotisme bisa meningkatkan 12 persen gangguan kognitif.

Capaian inilah yang mungkin berarti kita kehilangan setidaknya satu tahun potensi untuk hidup lebih lama.

Dengan demikian, menjadi lebih ekstrovert dan terlibat secara sosial tampaknya menawarkan kemungkinan hidup yang lebih lama.

  1. Baca juga: 3 Hambatan dari Hubungan Percintaan Introvert-Ekstrovert

Kepribadian ini juga dapat membuat kita terbebas dari risiko demensia yang dapat meningkatkan kemampuan untuk memulihkan fungsi kognitif normal, setelah adanya diagnosis gangguan kognitif ringan.

Kondisi ini yang diyakini datang sebagai manfaat dari bersosialisasi.

Studi ini bukan yang pertama menunjukkan hubungan antara kepribadian dan fungsi otak.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa orang yang lebih terbuka terhadap pengalaman, lebih teliti dan kurang neurotik memiliki kinerja kognitif yang lebih baik pada tes.

Orang tipe ini pun mengalami penurunan kognitif yang lebih sedikit dari waktu ke waktu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com