Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/05/2022, 21:12 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

  • Demam
  • Menggigil
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Pembengkakan kelenjar getah bening

"Fitur yang membedakan infeksi cacar monyet dari cacar biasa adalah perkembangan pembengkakan kelenjar getah bening," demikian bunyi keterangan CDC.

Gejala lainnya yaitu timbulnya ruam di bagian wajah dan tubuh, termasuk di dalam mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.

Pada mereka yang mengalami cacar monyet, ruam atau lesi di kulit akan berwarna seperti mutiara, berisi cairan, dan dikelilingi bintik-bintik merah.

Lesi tersebut kemudian mengeras atau keropeng lalu menghilang dan rontok antara dua hingga tiga minggu, dilaporkan CDC.

"Tidak ada obat khusus yang tersedia," kata Jimmy Whitowrth, profesor kesehatan masyarakat internasional di London School of Hygiene & Tropical Medicine.

"Namun, ada vaksin yang dapat diberikan untuk mencegah perkembangan penyakit ini."

Penyebaran cacar monyet

Menurut para ahli, penyebaran virus monkeypox terjadi ketika melakukan kontak dekat dengan individu yang terinfeksi.

"Infeksi dapat berkembang setelah terpapar pada kulit yang rusak, selaput lendir, tetesan pernapasan, cairan tubuh yang terinfeksi atau bahkan kontak dengan kain yang terkontaminasi."

Begitu pemaparan Neil Mabbott, personal chair in immunopathology di sekolah kedokteran hewan University of Edinburgh, Skotlandia.

"Ketika lesi sembuh, koreng yang mungkin membawa virus menular akan menjadi debu, yang dapat dihirup," jelas Dr Michael Skinner dari fakultas kedokteran di departemen penyakit menular di Imperial College London.

Penularan antar individu terjadi melalui droplet pernapasan dalam jumlah besar. Karena droplet tidak bergerak jauh, dibutuhkan kontak dekat antar individu, dilaporkan CDC.

Michael Head, rekan peneliti senior di University of Southampton, Inggris menyebutkan cacar monyet bisa menjadi infeksi serius.

"Tingkat kematian dari jenis virus cacar monyet ini sekitar satu persen pada wabah lainnya."

"Penyakit ini sering terjadi di lingkungan berpenghasilan rendah dengan akses terbatas ke perawatan kesehatan," tutur dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com