Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Anak yang memiliki keluarga tak harmonis atau kerap disebut dengan broken home sering kali mendapat stigma negatif. Mereka dianggap mempunyai pengaruh buruk bagi lingkungan sekitar.
Stigma inilah yang akhirnya membuat anak broken home mendapatkan perlakuan tak menyenangkan. Terlebih, jika ada orangtua yang anaknya berpacaran dengan mereka. Orangtua pun jadi lebih khawatir.
Hal ini pun juga dialami oleh tokoh Nita dalam siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Pacar Anakku Bermasalah Part 2”. Dikisahkan kekasihnya berasal dari keluarga broken home. Oleh sebab itu, ibu Nita pun khawatir akan masa depan anaknya.
Meskipun begitu, bukan berarti anak broken home tak boleh mendapat kasih sayang. Mereka juga berhak untuk mencintai dan dicintai. Oleh sebab itu, diperlukan kiat-kiat agar ketika menjalin hubungan, kita bisa lebih memahaminya dan tidak melukai perasaan mereka.
Beberapa anak dengan keluarga kurang harmonis memiliki krisis kepercayaan. Ini disebabkan karena ia merasa telah dikhianati oleh keluarga secara berulang kali.
Sementara itu, kepercayaan adalah hal terpenting yang harus ada dalam suatu hubungan. Oleh sebab itu, jika menjalin hubungan dengan anak broken home, kita harus bisa menjaga kepercayaannya.
Kita bisa mulai mengajaknya berbicara seputar hal-hal yang meresahkan. Dari situ, buatlah kesepakatan yang nantinya bisa menjadi acuan dalam hubungan kalian. Hal ini dilakukan agar pasangan ingat dengan komitmen yang telah dibuat.
Baca juga: Cara Cerdas Hadapi Body Shaming
Di awal-awal menjalin hubungan, terkadang anak broken home enggan membicarakan kehidupannya. Kita tentu akan merasa bahwa mereka telah mengetahui sepenuhnya tentang diri kita, tapi tidak dengan sebaliknya.
Ternyata, ini adalah hal normal yang terjadi dalam suatu hubungan. Seiring berjalannya waktu, ia akan lebih terbuka. Dengan catatan, kita harus siap sedia mendengarkan segala keluh-kesahnya.
Berikan ruang jika ia mulai membicarakan masalah hidupnya, terlebih persoalan seputar keluarga. Dengarkan dan berikan tanggapan positif agar mereka bisa lebih terbuka.
Mengetahui kehidupan masa lalunya bisa berdampak baik pada kepercayaan dalam hubungan.
Beberapa anak broken home lebih mandiri dari yang kita kira. Oleh sebab itu, jika sewaktu-waktu mereka tak menghubungi kita, itu bukan berarti lupa.
Secara teknis, anak broken home sudah dipaksa untuk mandiri di usia yang sangat muda. Tak jarang ia harus mengurus saudara hingga diri sendiri.
Namun, jangan biarkan hal ini terus-menerus. Tetap tanyakan bagaimana kabar dan kondisinya. Mulailah membuka percakapan agar ia merasa tak menanggung semua beban sendirian.