KOMPAS.com - Sejak dimulainya pandemi Covid-19, aquascape menjadi salah satu hobi yang makin digemari masyarakat.
Meski sering disamakan dengan akuarium biasa, aquascape sebenarnya dapat diartikan sebagai seni membuat lanskap dalam air dengan cara merangkai tanaman air dan bebatuan.
Singkatnya, hobi ini bisa dikategorikan sebagai berkebun dalam air.
Lalu layaknya bentuk karya seni lainnya, aquascaping menawarkan berbagai pendekatan dan gaya sesuai dengan ekspetasi, keinginan, dan ciri khasnya masing-masing.
Meski demikian, secara umum, ada empat gaya aquascape berbeda dengan karakteristik dan fitur unik berbeda.
Baca juga: Cara Mudah Memilih Tanaman untuk Aquascape dan Kiat Menatanya
Gaya itu adalah Dutch Aquarium, gaya Jungle, gaya Iwagumi, dan gaya Nature Aquarium.
Seperti apa perbedaanya?
Sesuai dengan namanya, gaya Dutch Aquarium ini pertama kali dipopulerkan di Belanda pada tahun 1930-an, tepatnya saat perlengkapan akuarium mulai dipasarkan saat itu.
Gaya Dutch Aquarium ini sepenuhnya berfokus pada budaya dan penataan tanaman air serta tidak melibatkan penggunaan kayu apung atau bahan hardscape apa pun.
Ketinggian, warna, dan tekstur berbagai macam tanaman serta terasering sebagai teknik konstruksi pun nampak menjadi fokus gaya ini.
Pasalnya, para pegiatnya perlu memiliki banyak pengetahuan tentang berbagai jenis tanaman untuk menciptakan tampilan aquascape yang estetis.
Gaya jungle meriupakan salah satu gaya aquascaping yang paling sederhana untuk dibuat kembali.
Ciri khasnya terletak pada penampilannya yang menyerupai hutan liar, sama seperti namanya.
Nah, salah satu karakteristik yang paling umum dan menonjol dari gaya jungle ini adalah vegetasi di dalamnya yang dibiarkan tumbuh begitu saja dan cukup padat.