Denny menyebut padu padan dan colour match atau kesesuaian warna wajib diperhatikan.
"Jadi pada saat mendesain sudah dipikirkan. Misalnya, ada celana (sisa kain) dililit enggak ada potongan atau guntingan itu sustainable," imbuhnya.
Di sisi lain, Denny menyebut pemanfaatan sisa bahan dari rumah atau sekolah bisa disambung-sambung menjadi satu piece pakaian, seperti outer.
Keterlibatan brand dan desainer dalam isu keberlanjutan di industri fesyen memang diperlukan.
Namun, Denny menilai peran konsumen juga penting lantaran tren fast fashion masih berjalan hingga saat ini.
Fast fashion merupakan munculnya beragam model pakaian yang berganti secara singkat.
Menurut Denny, tren itulah yang menyebabkan limbah dari industri fesyen ikut bertambah.
"Orang biasa juga (harus) punya pemikiran untuk mencintai bumi. Misalnya tidak terlalu sering membeli baju," tuturnya.
"Jadi baju sekarang itu turn over-nya sangat cepat, belum apa-apa sudah ganti lagi modelnya."
"Itu menyebabkan masyarakat konsumtif, banyak beli baju, bajunya numpuk, lemarinya tidak muat, terus bajunya dibuang jadi sampah," pungkas Denny.
Baca juga: Jangan Cuma Belanja Pakaian, Ketahui Juga Dampak Fast Fashion pada Lingkungan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.