Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2022, 17:18 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber ,Hindawi,Web MD

KOMPAS.com - Bagi orang-orang yang tinggal di wilayah Asia, khususnya Indonesia dan Malaysia, pasti sudah tidak asing dengan temulawak atau curcuma xanthorrhiza.

Sejak dulu, tanaman yang satu ini sudah banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.

Bahkan, akar dan rimpangnya secara tradisional juga digunakan untuk mengatasi gangguan lambung.

Menurut WebMD, temulawak mengandung bahan kimia yang dapat meningkatkan produksi empedu dalam tubuh.

Baca juga: Mengandung Banyak Nutrisi, Temulawak juga Berkhasiat Melawan Kanker

Selain itu, tanaman ini sering digunakan orang-orang untuk mengatasi sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS), masalah kandung empedu, dan banyak kondisi lainnya yang berkaitan dengan gangguan pencernaan.

Mengandung antioksidan

Antioksidan dapat membantu melawan berbagai macam penyakit, salah satunya masalah saluran cerna.

Menurut penelitian berjudul Free Radicals, Antioxidants, and Nutrition yang diterbitkan dalam jurnal Nutrition tahun 2002, metabolisme aerobik dalam tubuh manusia dapat menghasilkan radikal bebas dan spesies reaktif lainnya.

Reaksi radikal bebas inilah yang kemudian menyebabkan penyakit degeneratif yang berbahaya.

Dengan adanya senyawa antioksidan, tubuh mendapatkan aksi sinergis dalam membasmi radikal bebas dengan cara menghambat reaksi oksidasi.

Baca juga: 7 Manfaat Temulawak untuk Kesehatan

Beberapa penelitian pun melaporkan potensi aktivitas antioksidan alami dari ekstrak temulawak dapat mencegah penyakit.

 

Mengatasi gangguan pencernaan

Manfaat temulawak (Curcuma xanthorrhiza) untuk kesehatan sangatlah berlimpah, mulai dari meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan pencernaan, hingga membantu melawan kanker.SHUTTERSTOCK Manfaat temulawak (Curcuma xanthorrhiza) untuk kesehatan sangatlah berlimpah, mulai dari meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan pencernaan, hingga membantu melawan kanker.
Dikutip dari laman SehatQ, jamu temulawak banyak dikonsumsi penderita masalah saluran cerna seperti iritasi usus besar (IBS) yang ditandai dengan perut kembung berisi gas.

Manfaat temulawak untuk lambung juga didapatkan dari sifat antioksidannya yang mampu menangkal pengaruh radikal bebas yang merusak mukosa lambung.

Menurut Pusat Informasi Obat Nasional, minyak temulawak ternyata juga bermanfaat sebagai antispasmodik, atau golongan obat yang memiliki sifat sebagai relaksan otot polos.

Obat antispasmodik ini biasanya dimanfaatkan untuk mengatasi kondisi IBS.

Temulawak biasanya dapat dikonsumsi bila dirasa memberikan efek samping yang baik untuk mengatasi gangguan pencernaan.

Baca juga: 8 Manfaat Temulawak untuk Kesehatan, Sayang untuk Dilewatkan

Namun, kita tidak disarankan untuk mengonsumsi temulawak lebih dari 18 minggu, karena konsumsi jangka panjang dapat memberikan efek samping yang tidak baik seperti iritasi saluran pencernaan.

Cara mengonsumsinya

Selain sebagai jamu, temulawak juga bisa dikonsumsi dalam bentuk suplemen dengan dosis 60 mg setiap hari hingga 18 minggu.

Temulawak mungkin tidak aman bila digunakan dalam jumlah yang lebih besar, atau untuk jangka waktu yang lebih lama, terutama pada ibu yang sedang hamil dan menyusui.

Baca juga: Disebut Ampuh Hadapi Virus Corona, Ini Khasiat Temulawak bagi Tubuh

Perlu diingat juga bahwa produk alami tidak selalu aman dan dosisnya bisa menjadi penting.

Jadi, pastikan untuk mengikuti petunjuk yang relevan pada label produk dan konsultasikan dengan dokter sebelum menambahkannya dalam rutinitas sehari-hari.

Kompas TV Rasa rempah jejamuan yang segar dan hangat di badan, berpadu dengan daging ayam kampung yang lembut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com