Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nguri-uri Budaya Jawa Lewat Gamelan di Bodro Sewu

Kompas.com - 15/12/2022, 11:13 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Gamelan dimasukkan ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage atau Warisan Budaya Takbenda (WBTB) UNESCO pada 15 Desember 2021. Artinya, tepat setahun lalu, gamelan resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda Dunia dari Indonesia yang ke-12.

Gamelan sendiri adalah alat musik tradisional yang sering ditemui di berbagai daerah di Indonesia, seperti misalnya di Bali, Madura, dan Lombok.

Alat musik ini diperkirakan sudah ada di Jawa sejak tahun 404 Masehi, dilihat dari adanya penggambaran masa lalu di relief Candi Borobudur dan Prambanan.

Keberadaan gamelan bahkan disebut mendahului proses transisi budaya Hindu-Buddha yang mendominasi Nusantara, dalam catatan-catatan awalnya, dan dengan demikian mewakili bentuk kesenian asli Indonesia

Gamelan tidak hanya dimainkan dalam berbagai kegiatan tradisional dan ritual keagamaan, namun juga untuk pertunjukan seni.

Tak heran jika UNESCO mencatat nilai filosofi Gamelan sebagai salah satu sarana ekspresi budaya dan membangun koneksi antara manusia dengan semesta.

UNESCO juga mengakui bahwa Gamelan, yang dimainkan secara orkestra, mengajarkan nilai-nilai harmoni, saling menghormati, mencintai dan peduli satu sama lain.

Para pengrawit di Festival Gamelan di Bodro Sewu Gallery tanggal 4 dan 10 Desember 2022 Para pengrawit di Festival Gamelan di Bodro Sewu Gallery tanggal 4 dan 10 Desember 2022
Namun saat ini tidak banyak orang yang mendengarkan gamelan, apalagi memainkannya. Bisa dikatakan, lebih banyak orang Indonesia yang memainkan gitar, piano, atau biola dibandingkan menabuh kendang, saron, bonang, atau demung.

Tapi untunglah masih ada sebagian orang yang peduli dan mencintai gamelan. Beberapa di antaranya bahkan menyelenggarakan Festival Gamelan di Bodro Sewu Gallery tanggal 4 dan 10 Desember 2022.

Festival Gamelan di Bodro Sewu Gallery dilaksanakan dalam rangka menyambut, memeriahkan dan memperingati ditetapkannya gamelan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Festival ini juga memberikan wadah bagi kelompok Gamelan untuk tampil di Bodro Sewu Gallery, sekaligus mengenalkan budaya Jawa pada umumnya dan khususnya gamelan pada lebih banyak orang, khususnya pada generasi muda di kota besar seperti Jakarta.

Dalam acara ini kelompok-kelompok yang berlatih di Bodro Sewu dan grup undangan yaitu Paguyuban Catur Sagotra mementaskan gending-gending Jawa menggunakan gamelan.

Catur Sagotra Sendiri adalah Group yang merupakan paguyuban empat keraton yakni Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Puro Mangkunagaran, dan Puro Pakualaman.

Latar belakang penabuh atau pemainnya pun sangat beragam, dari usia 17 tahun sampai 71 tahun, warga negara asli Indonesia dengan berbagai suku, hingga pemain gamelan warga asing. Ada juga pelajar, banker, lawyer, guru, sampai ibu rumah tangga, semua menyatu dalam keharmonisan suara gamelan.

Menurut Mutiara Gayatri, pendiri dan pemilik Bodro Sewu, Bodro Sewu Gallery adalah sebuah wadah atau tempat untuk nguri-nguri (melestarikan), ngurup-urup (menyalakan), dan ngurip-urip (menghidupkan) kebudayaan Jawa.

"Ceritanya ya bahwa rasa cinta terhadap budaya Jawa harus diwujudkan dan diberi wadah, karena kami semua pecinta seni budaya Jawa mulai karawitan, batik, ornamen, design Jawa, akhirnya terwujud tempat ini," ujar Gayatri.

"Kegiatan yang sudah berlangsung sampai saat ini adalah latihan gamelan atau karawitan, latihan menari, latihan membatik serta perawatan batik kuno/lawasan, latihan pottery (clay), sekaligus menyediakan cemilan tradisional Jawa."

Semua ini dalam rangka nguri-uri atau melestarikan budaya. "Intinya "wong Jowo ojo lali Jowone" atau orang Jawa jangan lupa ke-Jawa-annya."

Sedangkan nama Bodro Sewu diambil dari nama Gamelannya, yaitu Kyai Bodro Sewu. Bodro artinya keberuntungan dan Sewu artinya Seribu sehingga diharapkan semua yang terlibat di dalamnya mendapatkan seribu keberuntungan.

"Kami memberanikan menamakan tempat ini Galeri supaya lebih familiar juga di dalam dan di luar negeri," tutur Gayatri.

Lewat budaya, Gayatri dan para pemain gamelan di Bodro Sewu percaya bahwa "Ajining Bongso dumunung soko luhuring Budoyo" alias harga diri sebuah bangsa juga didasari pada keluhuran budayanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com