Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Semua Hal Baik yang Akan Terjadi Berawal dari Kepemimpinan Diri

Kompas.com - 29/12/2022, 08:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain itu, anggota lebih menerima keberagaman, kepercayaan diri meningkat, dan berkomunikasi lebih baik dengan rekan kerja.

Tasha Eurich juga melakukan riset tentang bagaimana pengaruh kesadaran diri terhadap kebahagiaan pada tahun 2018. Dia menemukan bahwa orang dengan kesadaran diri tinggi lebih bahagia dan memiliki hubungan yang lebih baik. Selain itu, kita mampu lebih mengendalikan dirinya dan sosial serta memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi.

Survei dari Tracking Happines di tahun 2021 juga menguatkan hasil riset Eurich. Tracking Happiness menemukan bahwa orang yang berpikir kebahagiaan bisa dikendalikan menjadi 32 persen lebih bahagia. Kita sadar bahwa kebahagiaan berasal dari proses penerimaan diri yang diawali dengan perasaan sadar diri.

Elemen kedua adalah self-motivation. Menurut laman Positive Psychology, motivasi diri adalah semua hal yang berhubungan dengan asal dorongan yang dimiliki.

Motivasi terbagi jadi motivasi internal dan motivasi eksternal. Misalnya, ketika kita ingin bekerja, kita pasti memiliki motivasi. Survei dari Onyx 2022 menunjukkan bahwa 72 persen responden termotivasi karena gaji yang kompetitif. Sedangkan, 47 persen lainnya ingin tergabung dalam tim yang hebat serta punya kesempatan untuk mengembangkan diri.

Self-motivation adalah elemen penting dari kecerdasan emosi. Hal ini karena setiap kita berkegiatan pasti membutuhkan motivasi. Seberapa sustain motivasi kita tergantung dari seberapa baik kita mengelola emosi.

Baca juga: 5 Ciri Kepemimpinan Efektif dan Wajib Dipraktikkan

Karena itu, orang yang memiliki self-motivation yang tinggi punya kecerdasan emosi yang baik pula. Rode et.al (2017) menjelaskan betapa pentingnya kecerdasan emosi. Rode et.al meneliti tingkat kecerdasan emosi mahasiswa/I Universitas Leeds dan mengukurnya kembali 10 tahun kemudian. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa/i yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi mendapatkan gaji yang lebih baik daripada rekannya yang kurang cerdas secara emosional.

Elemen terakhir adalah self-regulation. Self-regulation pada dasarnya adalah pengendalian diri: sikap, emosi, pikiran, dan lain sebagainya. Bagaimana kita mengatur tingkat stres dan marah di tempat kerja juga termasuk self-regulation.

Hal itu karena kita tahu bahwa menunjukkan amarah bukanlah sesuatu yang baik, sehingga perasaan marah kita perlu dikendalikan. Ada hubungan yang erat antara kepemimpinan diri dengan regulasi emosi.

Houghton et.al (2012) mengatakan bahwa regulasi emosi dan kepemimpinan diri adalah mekanisme di mana individu dapat "menyesuaikan layar" dalam hidup untuk lebih efektif mengatasi stres yang mungkin muncul.

Dalam konteks profesional, self-regulation berperan penting dalam proses kolaborasi. Kark & Dijk (2019) mengatakan bahwa self-regulation terbukti memotivasi individu dan kelompok kerja yang berbeda untuk mencapai hasil akhir dari sebuah proyek.

Bagaimana Kepemimpin Diri Membawa Perubahan

Mempraktikkan self-leadership membuat kita mampu meraih hal yang ingin dicapai serta mampu memotivasi diri untuk berusaha keras meraih tujuan, tidak peduli halangan dan rintangan.

Kita percaya bahwa kita bisa mencapai hal tersebut walaupun mungkin semua orang meragukan kapasitas kita. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya anak muda yang telah memberi dampak positif bagi keluarganya dan masyarakat. Misalnya di isu lingkungan. Banyak anak muda Indonesia yang semakin peduli terhadap lingkungannya.

Riset World Wildlife Fund Indonesia tahun 2018 menemukan bahwa 61 persen responden berusia 15-45 tahun merasa bertanggung jawab atas lingkungan. Rasa tanggung jawab tersebut kemudian ditunjukkan dalam berbagai aktivitas yang dilakukan.

Temuan JakPat 2022 terkait perilaku konsumen anak muda menunjukkan, 69,8 persen anak muda membawa tas belanja sendiri. Sementara itu, 56,2 persen memilih membeli produk ramah lingkungan dan 46,2 persen lainnya mengumpulkan barang kemasan untuk dibawa ke tempat daur ulang.

Kebiasaan yang ditunjukkan anak muda memang sederhana, tetapi berhasil mengubah gaya hidup lamanya. Dahulu, kita sering menggunakan plastik saat berbelanja. Saat ini, kita beralih dengan membawa tas belanja sendiri. Bahkan, saat berbelanja di pasar swalayan, kita diharuskan membawa tas belanja sendiri.

Hal ini menunjukkan perubahan sikap anak muda. Perubahan sikap tersebut merepresentasikan bagaimana anak muda mampu mengubah sikapnya.

Selain di isu lingkungan, kita juga banyak menyaksikan anak muda berkontribusi di isu pendidikan. Berbicara tentang isu pendidikan, menurut survei dari GNFI dan KedaiKopi 2022, 77 persen anak muda optimis tentang sektor pendidikan Indonesia.

Selain itu, temuan dari riset British Council 2022 menunjukkan bahwa anak muda ingin mengubah pendidikan di Indonesia. Keinginan anak muda berbuat sesuatu di sektor pendidikan pun beragam bentuknya. Ada anak muda yang mengabdi melalui organisasi atau komunitas.

Ada juga anak muda yang berkontribusi melalui wirausaha. Dalam konteks wirausaha, muncul berbagai platform pembelajaran dengan harga terjangkau yang bisa dinikmati oleh masyarakat. Ada MySkill, Ruangguru, Belajarlagi, Harisenin, dan banyak platform lainnya.

Fakta-fakta di atas menunjukkan bagaimana anak muda Indonesia memiliki kemampuan memimpin diri yang tinggi, sehingga bisa berkontribusi ke masyarakat. Anak-anak muda ini berani mengubah sikapnya supaya bisa merealisasikan visi dan misinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com