Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diabetes Terjadi karena Konsumsi Gula Berlebih, Benarkah?

Kompas.com - 03/01/2023, 08:32 WIB
Anya Dellanita,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Diabetes kerap dikaitkan dengan konsumsi gula berlebih.

Faktanya konsumsi terlalu banyak gula tidak akan menyebabkan diabetes tipe 2 secara langsung, meski tetap ada hubungannya.

Dikutip dari Lifestyle Asia, diabetes sebenarnya terdiri dari tipe 1 yang disebabkan oleh faktor genetika dan lingkungan, serta diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh banyak faktor, termasuk gaya hidup seperti jarang olahraga atau kelebihan berat badan.

Baca juga: Perjalanan Nick Jonas Hidup dengan Diabetes Tipe 1 sejak Usia 13 Tahun

Adapun faktor risiko lain penyebab diabetes tipe 2 adalah:

  • Memiliki pradiabetes (kondisi di mana kadar gula darah rata-rata tinggi tetapi tidak cukup tinggi untuk mendiagnosis diabetes)
  • Berusia 45 tahun atau lebih
  • Memiliki anggota keluarga dekat (orang tua atau saudara kandung) dengan diabetes tipe 2
  • Pernah menderita diabetes gestasional (diabetes yang dimulai selama kehamilan)
  • Orang-orang keturunan Afrika-Amerika, Hispanik atau Latin, Indian Amerika, Penduduk Asli Alaska, Kepulauan Pasifik, atau Asia-Amerika

Untungnya, diabetes tipe 2 ini dapat dicegah atau ditunda dengan menerapkan gaya hidup yang lebih positif, termasuk mengikuti pola makan sehat, berolahraga, dan menurunkan berat badan.

Baca juga: 8 Makanan Pemicu Diabetes Tipe 2, Hindari!

Penderita diabetes dapat mengonsumsi gula

Menderita diabetes bukan berarti kita tidak bisa mengonsumsi gula sama sekali.

Apalagi, gula dapat menjadi bagian dari diet seimbang jika dikonsumsi dalam kadar yang cukup.

Kita pun dapat meminimalisir respons gula darah saat mengonsumsi makanan manis dengan memakan makanan yang merupakan sumber protein dan lemak.

Selain itu, ada beberapa tips yang bisa dilakukan saat ingin mengonsumsi makanan manis, seperti berikut ini.

  • Tetap mindful

Ilustrasi mindful eatingFreepik Ilustrasi mindful eating
Tetap mindful berarti kita harus fokus pada pikiran, emosi, dan fisik saat makan makanan manis.

Misalnya, hanya makan ketika lapar, dan berhenti makan jika sudah tidak lapar dan sebelum benar-benar kenyang.

Baca juga: Memahami Mindful Eating dan 5 Manfaatnya bagi Kesehatan

Selain itu, tips berikut bisa diikuti:

  • Makan perlahan.
  • Jangan melewatkan waktu makan.
  • Ambil porsi kecil.
  • Gunakan piring dan mangkuk yang lebih kecil.
  • Manfaatkan semua indra untuk memperhatikan penglihatan, suara, bau, rasa, dan tekstur makanan.
  • Pikirkan dari mana makanan itu berasal dan siapa yang menyiapkannya.
  • Hindari gangguan, seperti ponsel atau TV.

Lalu soal jumlah gula yang direkomendasikan, Departemen Pertanian (USDA) Amerika Serikat dan American Heart Association (AHA) menyarankan agar mereka yang berusia dua tahun ke atas mengonsumsi gula kurang dari 10 persen total kalori hariannya.

Sementara itu, AHA menyarankan agar kita mengonsumsi gula tidak lebih dari enam persen dari total kalori harian.

Artinya, pria hamnya bisa mengonsumsi 36 gram gula, dan wanita hanya bisa mengonsumsi 25 gram gula per harinya.

Anak di bawah dua tahun pun sebaiknya tidak mengonsumsi gula tambahan yang ada pada makanan dan minuman.

Baca juga: Mengulik Istilah Mabuk Gula pada Anak dari Kacamata Para Ahli

  • Mengganti makanan

Kita bisa mengganti camilan dengan sesuatu yang lebih sehat, namun mirip.

Misalnya mengganti cokelat susu menjadi dark chocolate atau memakan Greek yoghurt plain yang diberi pemanis dari sedikit madu dan buah beri, bukan memakan es krim.

Buah utuh pun tak perlu dihindari meski memiliki rasa manis.

Sebab, buah segar memiliki gula alami uang menyehatkan.

  • Cari alternatif gula

Kisa menggunakan alternatif gula.

Misalnya saja, pemanis buatan seperti aspartam dan sucralose, yang lebih manis dari gula biasa dan dibuat tanpa mengandung kalori, gula, vitamin, dan mineral.

Sugar alcohol seperti xylitol, erythritol, maltitol, dan sorbitol juga merupakan pemanis buatan rendah kalori. Hanya saja bisa menimbulkan masalah perut jika dikonsumsi berlebihan.

Lalu ada novel sweetener, pemanis buatan yang dibuat dari bahan alami. Misalnya, allulose, ekstrak monk fruit dan stevia.

Baca juga: Stevia, Sumber Gula Bebas Kalori yang Bisa Ditanam di Rumah

  • Membaca label nutrisi dan belanja bulanan

Selain menerapkan diet sehat, membaca label produk secara detail pun tak kalah penting jika menderita diabetes.

Sebab, kita perlu mempehatikan jumlah kandungan karbohidrat, serat, dan gula tambahan yang ada dalam suatu produk.

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi
Selain itu, perlu diingat pula bahwa kita perlu membatasi asupan gula rafinasi dan karbohidrat.

Untuk itum kita perlu mengetahui dua jenis gula, yaitu gula alami dan gula tambahan atau rafinasi.

Baca juga: 56 Nama Lain Gula dalam Kemasan Makanan, Ini Daftarnya

Gula alami merupakan gula yang berasal dari buah dan produk susu, sementara gula rafinasi merupakan salah satu jenis gula tambahan, seperti gula dapur, sirup jagung tinggi fruktosa, gula merah, dan gula agave, madu, serta sirup maple.

Jadi saat berbelanja, pastikan untuk membeli banyak sayuran dan buah utuh, produk susu rendah lemak, dan sumber protein tidak berlemak.

Kita juga bisa membeli sumber lemak sehat, seperti minyak zaitun, alpukat, kacang-kacangan, dan biji-bijian, serta membatasi gula tambahan, lemak jenuh, dan garam.

Baca juga: 10 Gejala Diabetes dalam Keseharian, Salah Satunya Kesemutan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com