Contohnya adalah pelecehan emosional dengan bergosip soal kita dengan orang lain, membentak, merendakan atau menyudutkan kita di hadapan orang lain.
Tindakan tersebut bisa berupa apa pun untuk membuat kita merasa kurang berharga.
Teman yang baik akan merayakan kebahagiaan dan pencapaian kita, tidak merasa cemburu, kesal atau iri.
Teman yang toxic tidak melakukannya atau bahkan menyabotase kesuksesan kita karena rasa persaingan atau mengarahkan kita pada kegagalan.
Baca juga: Apakah Kekayaan Menjamin Kebahagiaan? Ini Kata Riset..
Pertemanan toxic terjadi ketika kita tidak pernah mendapatkan empati dari sahabat terekat.
Mereka tidak pandai memberikan ruang emosional yang tepat untuk kita termasuk sikap toxic positivity atau sikap dingin ketika sebenarnya hal yang sebaliknya dibutuhkan.
Mereka mengabaikan kebutuhan emosional kita dan hanya fokus pada hal-hal yang menyenangkan saja.
Teman yang toxic tidak menerima kita apa adanya maupun mencoba memahami kepribadian kita.
Mereka terus-menerus memberikan kritikan dengan dalih menjadikan kita pribadi yang labih baik padahal sebenarnya berdampak buruk.
Baca juga: Pentingnya Empati untuk Diri Sendiri dan Orang Lain
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.