Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mati Patah Hati Itu Nyata, Ini Penjelasannya dari Kacamata Ahli

Kompas.com - 16/02/2023, 16:02 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber yahoo.com

KOMPAS.com - Mati patah hati adalah kondisi yang nyata dan bukan hanya sekedar kata-kata kosong belaka.

Dampak emosional yang dirasakan saat patah hati bisa memicu konsekuensi medis yang nyata dan serius.

Kaitannya karena stres yang dirasakan saat kita bersedih sampai akhirnya kehilangan nyawa.

Baca juga: Pria Lebih Patah Hati Saat Putus Cinta daripada Wanita, Benarkah?

"Stres dapat memicu serangan jantung yang khas dan orang meninggal karenanya," kata Dr. Harmony Reynolds, direktur Pusat Penelitian Kardiovaskular Wanita Sarah Ross Soter di NYU Langone.

Contoh umum dari mati patah hati adalah orang yang meninggal tak lama setelah kehilangan pasangan.

"Beberapa di antaranya adalah penyakit jantung, saya rasa kita tidak sepenuhnya mengerti mengapa itu terjadi," kata Reynolds.

"Itu hanya salah satu dari banyak bukti bahwa stres adalah pemicu penyakit kardiovaskular."

Baca juga: 5 Perbedaan Sindrom Patah Hati dan Serangan Jantung

Mati patah hati

Mati patah hati bisa tergolong dalam sindrom Takotsubo yakni kondisi jantung sementara yang sering disebabkan oleh peristiwa stres mental atau fisik seperti kematian orang yang dicintai.

Sering disebut juga sebagai sindrom patah hati, kondisi ini merupakan sekitar satu persen dari semua sindrom koroner akut dan sering kali tidak dapat dibedakan dari serangan jantung biasa.

Hal ini membuat orang yang menderita ini sebenarnya harus mendapatkan intervensi medis yang cepat.

"Melemahnya otot jantung secara tiba-tiba kemungkinan besar terjadi karena sistem saraf otonom tidak seimbang," kata Reynolds.

Baca juga: Mengenal Apa itu Sindrom Patah Hati, Gejala, dan Penyebabnya

Penyebabnya mungkin stres fisik atau emosional, tetapi Reynolds beranggapan sepertiga kasus dengan penyebab stres yang tidak dapat diidentifikasi.

Rasa nyeri di bagian dada adalah salah satu gejala henti jantung yang perlu diwaspadai.Shutterstock/Ground Picture Rasa nyeri di bagian dada adalah salah satu gejala henti jantung yang perlu diwaspadai.
Di sisi lain, gejala sindrom Takotsubo tidak hanya terjadi saat seseorang patah hati.

"Seperti yang sering saya lihat dalam praktik klinis saya, itu tidak terjadi secara langsung, itu mungkin terjadi beberapa hari atau minggu kemudian," kata Reynolds.

"Salah satu fenomena stres adalah kita merenungkannya, dan terkadang pikiran itu bahkan tidak disadari."

Kondisi tersebut juga terkadang dipicu oleh stres bahagia yakni peristiwa kehidupan yang positif seperti perayaan kelahiran cucu.

Baca juga: Psikolog Ungkap Cara Cepat Atasi Patah Hati

Pada sindrom Takotsubo, 90 persen pasien yang terkena adalah wanita pascamenopause, banyak di antaranya sebelumnya didiagnosis dengan gangguan mood atau penyakit otak, termasuk stroke.

Sejauh ini, belum diketahui pengobatan terbaik untuk sindrom patah hati ini.

Namun Reynolds mengatakan penggunaan ace inhibitor yang diresepkan bisa memberikan dampak positif pada pemulihan.

Olahraga seperti yoga, dan meditasi, yang dikenal dapat meningkatkan fungsi parasimpatis (relaksasi) dengan pernapasan dalam juga bisa membantu.

Hal yang dilakukan saat mengalami sindrom patah hati

Sindrom patah hati biasanya bisa sembuh total namun gejalanya yang mirip serangan jantung membuatnya sulit dibedakan.

"Sindrom Takotsubo mungkin tidak muncul sebagai rasa sakit di dada, bisa di mana saja antara garis rahang dan gigi ke perut bagian atas," kata Reynolds.

"Mungkin juga termasuk sesak napas, mual, muntah, berkeringat atau perasaan bahwa ada sesuatu yang salah," tambahnya.

Baca juga: Alasan Psikologis dari Kebiasaan Potong Rambut Setelah Patah Hati

Untuk orang yang mungkin mengalaminya, ia menyarankan untuk berusaha mengurangi rasa sakitnya emosionalnya.

Selain itu, segera periksakan diri untuk memastikan kondisi jantung kita sekaligus mencegah hal buruk terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com