KOMPAS.com - Bullying adalah tindakan yang harus diwaspadai setiap orangtua, berapa pun usia anak kita.
Beberapa dari kita mengira perundungan hanya terjadi ketika anak beranjak remaja atau duduk di bangku SMP.
Padahal tindakan bullying bisa muncul sejak anak berusia tiga tahun ketika mereka mulai berinteraksi dengan orang lain di luar rumah.
Baca juga: 6 Tipe Bullying yang Perlu Diketahui Orangtua
Departemen Kesehatan New York, AS menyatakan bullying dapat dimulai sejak tahun-tahun prasekolah.
Perilaku tersebut menjadi lebih intens intens selama sekolah menengah, dan dapat berlanjut hingga sekolah menengah atas.
Bullying bisa terjadi di mana saja ketika sekelompok anak-anak bertemu, seperti di sekolah, perkemahan, atau di tempat penitipan anak atau pulang sekolah.
Bullying biasanya terjadi berulang-ulang dengan orang yang sama sehingga menimbulkan luka fisik, trauma yang berdampak pada kondisi psikis dan emosionalnya.
Tindakannya bisa berupa meninju, mendorong, menyebarkan gosip, menggoda, atau tidak membiarkan seseorang menjadi bagian dari kelompok.
Baca juga: Dampak Jangka Panjang Bullying terhadap Anak, Orangtua Perlu Tahu
Agar tidak mengalami dampak buruknya, orangtua harus waspada jika anak menunjukkan tanda-tanda menjadi korban bullying.
Apa saja?
Kengganan seorang anak untuk bangun dan pergi sekolah di pagi hari dapat menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Pada anak usia dini seperti TK atau SD, perhatikan alasan berulang untuk tinggal di rumah seperti sakit, nyeri atau guru yang kerap meminta buah hati dijemput lebih awal.
“Senin adalah hari paling umum untuk menghindari sekolah,” katanya.
“Anak-anak cenderung merasa lebih aman di rumah pada akhir pekan, dan ide untuk kembali pada hari Senin sulit bagi mereka.”
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.