Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Perempuan Lebih Tahan Sakit Dibandingkan Laki-laki?

Kompas.com - 03/03/2023, 14:43 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Potongan diskusi Najwa Shihab yang melibatkan Anang Hermansyah, Denny Sumargo, Onad dan Ricky Gerung membanjiri media sosial.

Dalam video yang dibagikan di Youtube itu, kelimanya saling adu pendapat dengan topik "Susahnya Jadi Perempuan".

@reviewartis perempuan itu sebenernya lebih kuat dari laki2 hanya peradaban yang menuntutnya menjadi lemah #fyp #susahnyajadiwanita #fyppdong #rockygerung #najwashihab ? suara asli - Review Artis

Dalam sesi diskusi tersebut, sejumlah pembahasan menyeruak termasuk toleransi rasa sakit para perempuan yang dinilai lebih tinggi dari laki-laki seperti saat menstruasi dan melahirkan.

Baca juga: Menurut Studi, Bernostalgia Ternyata Bisa Mengurangi Rasa Sakit

Benarkah demikian?

Perempuan dianggap lebih tahan sakit

Pengalaman seseorang akan rasa sakit sangat subjektif dan sulit untuk diukur.

Saat memeriksakan diri ke dokter, kita biasanya diminta untuk menjelaskannya dalam skala 0-10.

Namun jawaban untuk pertanyaan in sebenarnya dipengaruhi oleh banyak variabel termasuk jenis kelamin kita.

Ada dua hal utama yang terkait dengan rasa sakit yakni ambang rasa sakit dan toleransi rasa sakit.

Ambang rasa sakit mengacu pada titik di mana seseorang pertama kali mulai merasakan sakit setelah terkena rangsangan, seperti tusukan jarum.

Sementara itu, toleransi rasa sakit mengacu pada jumlah rasa sakit yang dapat diterima seseorang tanpa pingsan karena kesakitan.

Baca juga: Tak Hanya Jadi Teman, Anjing juga Bisa Bantu Mengurangi Rasa Sakit

Secara umum, perempuan dianggap lebih tahan sakit dibandingkan laki-laki, berkat riwayat panjang melahirkan.

Namun, pada tahun 2012, tim peneliti dari Universitas Stanford di AS melakukan peninjauan lebih dari 11.000 catatan medis dan menemukan bahwa perempuan sebenarnya cenderung merasakan nyeri yang lebih intens, terutama saat terjadi peradangan akut.

Dalam skala peringkat nyeri 0-10 itu, rata-rata peringkat nyeri perempuan hampir satu poin lebih tinggi daripada laki-laki.

Harus diingat, analisis tersebut hanya berdasarkan laporan di rumah sakit dan terbatasnya infromasi untuk menentukan penyebab perbedaan jenis kelamin tersebut.

Baca juga: Kehadiran Pasangan Bisa Mengurangi Rasa Sakit Fisik, Apa Alasannya?

Penyebab sakit kepalaiStockphoto/eternalcreative Penyebab sakit kepala

Pada tahun 2009, tim peneliti dari University of Florida melakukan tinjauan literatur besar-besaran tentang studi penelitian terkait rasa sakit.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa perempuan menunjukkan kepekaan yang lebih besar terhadap sebagian besar bentuk rasa sakit.

Perempuan juga mengalami lebih banyak rasa sakit secara umum, mereka lebih sering berkonsultasi ke dokter soal keluhan tersebut dibandingkan laki-laki, minum lebih banyak obat penghilang rasa sakit, dan menderita penyakit yang lebih menyakitkan, seperti nyeri punggung bawah dan migrain.

Baca juga: Sakit Menstruasi, Apa Penyebabnya?

Akan tetapi, laki-laki menunjukkan ambang rasa sakit yang lebih tinggi dalam pengaturan eksperimental yakni ketika disakiti secara sengaja dan diminta menjelaskan perasaannya soal itu.

Penelitian ini membuktikan jika secara keseluruhan, laki-laki sebenarnya lebih toleran terhadap rasa sakit dibandingkan perempuan setidaknya di laboratorium.

Salah satu alasan ilmiahnya adalah tubuh laki-laki biasanya melepaskan lebih banyak biokimia pereda rasa sakit, seperti beta-endorfin, dibandingkan perempuan.

Rasa sakit sangat subjektif

Menahan kentut sering kita lakukan ketika kita tengah berada di tempat umum seperti kantor atau transportasi publik.Shutterstock/Yuricazac Menahan kentut sering kita lakukan ketika kita tengah berada di tempat umum seperti kantor atau transportasi publik.
Terlepas hasil riset yang ada, bukan berati perempuan tidak setangguh itu dalam menghadapi rasa sakit.

Baca juga: 4 Trik Jitu agar Proses Bikin Tato Tidak Terasa Sakit

Pasalnya, pengalaman kita akan rasa sakit sangat subjektif misalnya dipengaruhi jenis penyakit, suasana hati seseorang, dan stres yang dirasakan.

Untuk perempuan,fluktuasi hormonal sepanjang siklus menstruasi juga memengaruhi sensitivitas nyeri, meskipun dengan cara yang berbeda-beda secara individual.

Peran gender sosial juga berperan dalam cara orang melaporkan rasa sakit mereka.

Laki-laki kerap dituntut untuk lebih kuat sehingga mereka cenderung lebih sedikit mengeluh dan mencoba menahan lebih banyak rasa sakit tanpa menunjukkannya.

Baca juga: 3 Manfaat Menangis untuk Diri Sendiri, Kurangi Stres hingga Rasa Sakit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com