KOMPAS.com - Jatuh cinta menciptakan perasaan yang begitu intens sehingga bisa membuat kita seperti pusing dan mengalami euforia.
Sebaliknya, perasaan sakit hati yang muncul ketika hubungan berakhir juga dapat memicu luapan emosi negatif yang tak kadang juga terasa menyakitkan secara fisik.
Emosi negatif ini dipengaruhi peningkatan hormon stres kortisol, adrenalin dan noradrenalin, dan penurunan hormon bahagia serotonin dan oksitosin dalam tubuh.
Baca juga: 5 Cara Alami Meningkatkan Serotonin agar Merasa Lebih Bahagia
"Hormon patah hati" ini juga yang dapat menyebabkan gejala fisik yang membuat orang merasa sakit.
"Ada alasan fisiologis mengapa patah hati bisa menjadi pengalaman yang menyakitkan dan gejalanya tidak hanya di pikiran," kata Dr. Deborah Lee, pakar medis dari University of Southampton, Inggris.
"Saat Anda jatuh cinta, ada pencurahan hormon secara alami," kata Lee, dikutip dari Live Science.
Hormon tersebut termasuk oksitosin dan dopamin yang membuat kita merasa nyaman dengan emosi yang positif.
Akan tetapi, putus cinta membuat kadar oksitosin dan dopamin turun, sementara pada saat yang sama ada peningkatan kadar salah satu hormon yang bertanggung jawab atas stres yakni kortisol.
Baca juga: Pria Lebih Patah Hati Saat Putus Cinta daripada Wanita, Benarkah?
"Tingkat kortisol yang meningkat ini dapat berkontribusi pada kondisi seperti tekanan darah tinggi, penambahan berat badan, jerawat, dan peningkatan kecemasan," kata Lee.
Riset tahun 2011 di jurnal Biological Sciences juga menyatakan jika penolakan sosial, seperti putus dengan pasangan, juga mengaktifkan area otak yang berhubungan dengan rasa sakit fisik.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.