KOMPAS.com - Salah satu pengguna Twitter berbagi pengalaman buruk soal foto anaknya yang disalahgunakan.
Potret buah hati yang kerap dibagikannya di media sosial 'dicuri' lalu diunggah ulang dengan narasi yang berbeda.
Padahal, ia hanya berniat berbagi keseharian anaknya lewat foto-foto yang menggemaskan.
Baca juga: Posting Foto Anak Tanpa Izin, Ibu di Italia Terancam Denda Rp 160 Juta
Kejadian ini memang telah diakhiri dengan damai lewat permintaan maaf oleh pihak yang bersangkutan.
Namun, hal ini sekaligus menjadi pembelajaran penting untuk para orangtua soal bahayanya mengunggah foto anak di media sosial.
Era media sosial memudahkan kita berbagi segala hal, termasuk foto-foto momen keluarga bersama anak.
Faktanya, perilaku tersebut sebenarnya kurang baik, bahkan cenderung membahayakan dan merugikan buah hati.
Leah Plunkett, pakar hukum Harvard, mengatakan, ada tiga kategori risiko utama dari kebiasaan mengunggah anak-anak di media sosial.
Baca juga: Unggah Foto Anak di Media Sosial Bukan Bentuk Perhatian dan Kasih Sayang
Pertama, sekaligus yang paling berbahaya, adalah risiko memicu tindakan kriminal atau kejahatan lain terhadap anak, termasuk pencurian identitas, penguntitan, dll.
Risiko kedua adalah membahayakan peluang hidup anak-anak saat ini atau di masa depan dengan cara yang tidak diinginkan, misalnya pencurian data.
Bisa saja, konten yang dibagikan itu lalu dianalisis oleh pialang data atau perusahaan lain yang ingin mempelajari tentang anak-anak, kemudian dijual kembali.
Baca juga: Waspada Predator Online, Ini Risiko Unggah Konten Anak di Media Sosial
Risiko ketiga adalah yang paling sulit untuk dikenali, dan mungkin tidak dapat diidentifikasi untuk beberapa waktu, adalah dampaknya pada identitas dan kepercayaan diri anak.
"Jika Anda unggah, Anda menceritakan kisah anak-anak Anda tanpa persetujuan mereka, dan dalam beberapa kasus pengetahuan," kata Plunkett.
Dengan adanya followers media sosial, akan ada banyak orang di luar sana yang paham tentang anak kita tanpa kita kenali.