KOMPAS.com - Kebahagiaan, sebuah kondisi yang dicari secara universal, namun masih sulit dipahami oleh banyak orang.
Kesalahpahaman umum tentang kebahagiaan sering kali menghalangi upaya kita untuk mencapai kondisi emosional yang berharga ini.
Kebahagiaan selalu menjadi subjek perdebatan filosofis dan psikologis selama berabad-abad.
Pemahaman yang diterima secara luas tentang kebahagiaan berkisar pada kesejahteraan subjektif, yang meliputi kepuasan hidup, afek positif, dan afek negatif yang rendah.
Baca juga: 7 Kebiasaan Harian untuk Meningkatkan Kebahagiaan, Mau Coba?
Genetika dan lingkungan pun sama-sama berkontribusi terhadap kebahagiaan.
Teori set-point genetik menyatakan, setiap orang memiliki tingkat dasar kebahagiaan yang ditentukan oleh gen mereka.
Keadaan eksternal juga memengaruhi kebahagiaan, tetapi aktivitas yang direncanakan sangat penting dalam meningkatkan dan mempertahankan kebahagiaan tersebut.
Hedonic treadmill --fenomena yang terkenal dalam penelitian kebahagiaan, menunjukkan, orang dengan cepat beradaptasi dengan perubahan, kembali ke tingkat dasar kebahagiaan mereka.
Sehingga, mengelola adaptasi hedonis menjadi sangat penting dalam mempertahankan kebahagiaan dalam jangka panjang.
Otak memainkan peran sentral dalam kebahagiaan. Neurokimia, seperti dopamin, serotonin, oksitosin, dan endorfin, berkontribusi pada perasaan bahagia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.