Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/06/2023, 22:05 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagian besar dari kita mungkin pernah berencana untuk melakukan atau membuat sesuatu, namun tidak ada yang terlaksana.

Itu bisa saja terjadi karena kita tidak memiliki kebiasaan yang tepat.

Padahal, hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari sebenarnya bisa membangun sesuatu yang lebih besar.

Dengan kata lain, terlepas dari situasi kehidupan kita yang unik atau bagaimana kita secara pribadi mendefinisikan kesuksesan, kita tidak bisa menjadi sukses dalam waktu yang singkat.

Nah, jika kita masih terus mengalami kegagalan dengan mengembangkan kebiasaan tertentu, maka sebaiknya hindarilah karena hanya akan mengembangkan kegagalan yang sama.

Baca juga: Ajari Anak untuk Menerima Kegagalan

Kebiasaan yang menghambat kesuksesan

Untuk mengetahui lebih lanjut apa saja kebiasaan tersebut, simak penjelasan selengkapnya sebagai berikut.

1. Tidak mengubah apa pun, tapi mengharapkan hasil yang berbeda

Ada pepatah yang mengatakan, definisi kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang kali dan mengharapkan hasil yang berbeda.

Jika kita terus melakukan apa yang kita lakukan, maka kita akan terus mendapatkan apa yang kita dapatkan.

Sering kali satu-satunya perbedaan antara orang yang sukses dan orang yang hanya membuat sedikit kemajuan bukanlah kemampuan superiornya.

Melainkan keberanian yang dimiliki seseorang untuk bertaruh pada ide-ide mereka, mengambil risiko yang diperhitungkan, dan mengambil langkah mantap ke depan.

2. Terus menunggu waktu yang tepat

Bahkan ketika kita memiliki niat yang produktif, terlalu banyak dari kita yang membuang banyak waktu untuk menunggu jalan yang ideal muncul.

Tapi tentu saja tidak pernah terjadi, karena kita lupa bahwa jalan dibuat dengan berjalan, bukan menunggu. Jadi berhentilah menunggu hari ini.

Baca juga: 3 Hal yang Bisa Dipetik dari Kegagalan

Selain itu, kita juga tidak perlu merasa lebih percaya diri sebelum mengambil langkah selanjutnya.

Karena mengambil langkah selanjutnya adalah hal yang akan membangun kepercayaan diri dan mendorong pertumbuhan lahir maupun batin.

3. Percaya bahwa hal yang baik akan datang dengan mudah

Tujuan adalah titik pencapaian yang membutuhkan usaha dan pengorbanan.

Tidak ada tujuan terhormat yang layak untuk diikuti yang tidak memerlukan usaha dan pengorbanan.

Jadi, jangan hanya melakukan apa yang mudah hari ini, tapi lakukan juga apa yang mampu kita lakukan.

Dan saat kita berjuang maju, ingatlah, jauh lebih baik kelelahan karena sedikit usaha dan pembelajaran daripada lelah karena tidak melakukan apa-apa.

Usaha tidak pernah sia-sia, bahkan ketika itu mengarah pada hasil yang mengecewakan.

Sebab, hal ini akan membuat kita lebih kuat dan lebih berpengalaman dalam jangka panjang.

4. Menolak untuk menerima risiko

Hidup adalah tentang belajar sambil berjalan. Hidup adalah bisnis yang penuh risiko.

Setiap keputusan, setiap interaksi, setiap langkah, setiap kali kita bangun dari tempat tidur di pagi hari, kita pasti akan mengambil risiko kecil.

Untuk benar-benar hidup adalah mengetahui bahwa kita harus bangun dan mengambil risiko itu, lalu mempercayai diri sendiri untuk mengambilnya.

Baca juga: 4 Alasan Mengapa Anak Perlu Mengalami Kegagalan

Tidak bangun dari tempat tidur dan hanya berpegang teguh pada ilusi keamanan itu sama saja dengan mati perlahan-lahan tanpa pernah benar-benar hidup.

Pikirkanlah tentang hal ini.

Jika kita mengabaikan naluri dan membiarkan perasaan ketidakpastian yang dangkal terus menerus menghentikan kita, maka kita tidak akan pernah tahu apa-apa dengan pasti.

Dan dalam banyak hal, ketidaktahuan ini akan lebih buruk daripada mengetahui bahwa naluri kita salah.

Karena jika kita salah, kita dapat melakukan penyesuaian dan melanjutkan hidup tanpa harus selalu menoleh ke belakang dan bertanya-tanya apa yang mungkin terjadi.

5. Menjadikan penolakan kemarin sebagai titik fokus hari ini

Tidak masalah untuk meninggalkannya ketika waktunya tiba karena penolakan mengajarkan kita untuk menolak apa yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Ini tidak selalu mudah, tetapi beberapa bab dalam hidup kita harus ditutup tanpa penutupan.

Tidak ada gunanya kehilangan diri sendiri dengan mencoba memperbaiki apa yang seharusnya tetap rusak.

Terlalu sering kita membiarkan penolakan di masa lalu mendikte setiap langkah yang kita ambil setelahnya.

Kita benar-benar tidak tahu bahwa diri kita lebih baik daripada apa yang dikatakan oleh beberapa orang yang berpendirian atau keadaan yang terisolasi kepada kita adalah benar.

Tentu saja, penolakan lama ini tidak berarti kita tidak cukup baik. Ini berarti orang lain atau keadaan gagal menyelaraskan diri dengan apa yang kita tawarkan pada saat itu.

Ini juga berarti bahwa kita memiliki lebih banyak waktu sekarang untuk meningkatkan kemampuan, membangun ide-ide, menyempurnakan keahlian, serta lebih mendalami pekerjaan yang menggerakkan kita.

Dan itulah yang harus kita lakukan, mulai dari sekarang.

Baca juga: Hai Orangtua, Mari Latih Anak Belajar dari Kegagalan dan Kesalahan

6. Menolak untuk bertanggung jawab

Kita tidak bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada kehidupan kita, tetapi kita harus bertanggung jawab untuk membatalkan pola pikir dan perilaku yang diciptakan oleh hasil-hasil tersebut di dalam diri.

Menyalahkan masa lalu atas pola pikir yang membatasi saat ini tidak akan memperbaikinya.

Jadi, ubahlah respons kita terhadap apa yang kita ingat dan melangkahlah ke depan dengan lapang dada.

Kombinasi dari keputusan kita dan faktor eksternal yang tidak dapat kita kendalikan juga telah membawa kita ke tempat yang sekarang.

Apalagi, menyalahkan orang lain secara negatif, atau keadaan masa lalu, tidak akan mengubah apa pun.

Untuk itu, mengambil tanggung jawab penuh secara positif untuk langkah selanjutnya dalam perjalanan hidup kita ke depan dapat mengubah segalanya.

7. Menutup pikiran terhadap ide dan perspektif baru

Ingatlah bahwa kesuksesan dalam hidup tidak bergantung pada hal-hal yang selalu benar.

Untuk membuat kemajuan yang nyata, kita harus melepaskan asumsi bahwa kita sudah memiliki semua jawaban.

Bahkan ketika kita semakin bijak seiring bertambahnya usia, kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa pemahaman tidak pernah benar-benar final.

Apa yang saat ini benar bisa dengan mudah menjadi salah di kemudian hari. Dengan demikian, ilusi yang paling merusak adalah sudut pandang yang sudah mapan.

Jadi, jangan berhenti belajar. Jangan berhenti berinvestasi pada diri sendiri.

Belajarlah. Membaca buku. Bergaul dengan orang lain, termasuk mereka yang berpikir secara berbeda.

Ajukan pertanyaan. Dengarkan dengan seksama. Dan jangan hanya bertambah pengetahuannya.

Jadilah orang yang memberi kembali. Gunakan apa yang kita pelajari untuk membuat perbedaan yang nyata dan bertahan lama.

8. Membiarkan orang negatif terus mengalihkan perhatian

Pikiran kita adalah tempat perlindungan pribadi kita. Jadi, jangan biarkan keyakinan negatif orang lain menguasainya.

Baca juga: Orangtua Perlu Membiarkan Anak Merasakan Kegagalan, Mengapa?

Tentu saja, pasti akan ada beberapa orang dalam hidup yang akan mengkritik kita terlepas dari apa yang kita lakukan atau seberapa baik kita melakukannya.

Jika kita mengatakan ingin menjadi seorang penari, mereka akan mendiskreditkan selera musik kita.

Jika kita mengatakan ingin membangun bisnis baru, mereka akan memberikan banyak alasan mengapa bisnis tersebut tidak akan berhasil.

Entah bagaimana, mereka menganggap kita tidak memiliki apa yang diperlukan, tapi mereka salah besar.

Jauh lebih mudah untuk menjadi negatif daripada positif.

Namun, ketika kita memulai usaha baru, daripada mendengarkan beberapa kritik yang akan mencoba mengalihkan perhatian kita, luangkanlah waktu untuk berbicara dengan salah satu dari banyak orang di dunia ini yang bersedia mendukung usaha dan mengakui potensi kita dengan rasa hormat.

9. Berpegang erat pada sesuatu yang tidak nyata

Ingatkan diri kita sekarang juga bahwa tidak semua hal memang sudah ditakdirkan.

Terkadang, kita harus melacak dan meninjau data, serta secara serius duduk bersama diri sendiri dan menerima kenyataan bahwa selama ini kita salah tentang hal itu.

Itu hanyalah ilusi yang tidak pernah benar-benar seperti yang kita pikirkan.

Kuncinya adalah mengetahui hal tersebut, belajar darinya, melepaskannya, dan mengambil langkah selanjutnya.

Baca juga: Tulislah Kegagalan di Masa Lalu, demi Tingkatkan Performa

10. Mempertahankan ekspektasi yang terlalu kaku

Hal-hal sederhana menjadi rumit ketika kita berharap terlalu banyak. Ekspektasi yang kaku benar-benar merupakan akar penyebab rasa kecewa.

Jangan biarkan hal itu menguasai kita, karena setiap situasi kehidupan yang sulit dapat menjadi alasan untuk putus asa atau kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tergantung pada apa yang kita pilih untuk melakukannya.

Jadi, mulailah dengan memilih untuk melepaskan harapan yang tidak bermanfaat bagi kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com