Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Drs. I Ketut  Suweca, M.Si
PNS dan Dosen Ilmu Komunikasi STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Pencinta dunia literasi

Gagal Jadi Pendengar yang Baik? Ini Penyebabnya!

Kompas.com - 19/06/2023, 12:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Apabila secara mental kita merasa lelah karena terbebani berbagai masalah yang belum terpecahkan, akan ada kecenderungan kita tidak mampu mendengar dengan baik. Pikiran dan hati kita terlalu lelah sehingga tidak menghiraukan informasi yang hendak masuk.

Kelelahan mental telah menjadi penghambat dalam menyerap informasi. Persoalannya bukan terletak pada pembicara atau pemberi informasi, melainkan pada pendengar sendiri. Kita benar-benar merasa lelah sehingga tak bisa untuk menerima informasi.

Cara yang terbaik dalam hal ini adalah dengan beristirahat untuk beberapa waktu. Mungkin kita memilih untuk rileks atau tidur. Atau, bisa juga melakukan meditasi untuk beberapa saat guna menenangkan pikiran.

Pikiran dan perasaan kita tak bisa dipaksakan untuk diisi apabila dia sudah mengalami kelelahan. Sama halnya dengan orang sakit yang selalu memuntahkan makanan yang masuk ke mulutnya.

Menjadi pendengar yang baik sungguh tidak mudah. Diperlukan mentalitas yang siap dan prima serta energi yang cukup untuk bisa fokus mendengarkan dan menyerap apa yang sedang didengarkan itu.

Berprasangka buruk

Halodoc.com menyatakan bahwa prasangka memiliki pengaruh kuat pada bagaimana orang berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan mereka yang berbeda.

Prasangka merupakan sikap yang tidak beralasan dan tidak berdasar, biasanya bersifat negatif terhadap seseorang atau anggota suatu kelompok.

Kebanyakan orang yang sebelum memulai mendengarkan orang lain, dalam pikiran mereka sudah ada prasangka, baik prasangka buruk maupun prasangka baik.

Syukur-syukur yang ada adalah prasangka baik. Artinya, orang seperti ini melihat dan mendengar pembicara dengan pikiran yang baik dan hati yang bersih.

Sebaliknya, ada juga yang memiliki prasangka buruk. Misalnya, dengan melihat penampilan pembicara yang sederhana dan tidak keren, ia buru-buru menilai pembicara kurang kompeten.

Dengan mempercayai pendapat negatif orang terhadap pembicara, lalu menilai pembicara sebagai orang yang tidak pantas. Padahal, belum tentu seperti itu yang sebenarnya terjadi.

Prasangka buruk ini mesti diwaspadai. Ia bisa menjadi penghambat terhadap penilaian yang jernih terhadap pembicara.

Selain itu, juga menghambat upaya memaksimaksimalkan kemampuan menyerap gagasan yang disampaikan pembicara.

Oleh karena itu -- sebagai pendengar, kita mesti berusaha membersihkan pikiran dan hati kita sendiri dari berbagai prasangka negatif sehingga mampu menjadi pendengar yang baik.

Itulah sekilas tentang empat penghambat dalam usaha menjadi pendengar yang baik; penghambat yang lebih banyak bersumber dari dalam diri sendiri.

Bagaimana mengenyahkannya? Setiap orang mampu menghilangkan penghambat itu jika saja dia mau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com