Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gagal Jadi Pendengar yang Baik? Ini Penyebabnya!

Brian menyampaikan statistik berikut ini: 9 persen dalam sehari dihabiskan untuk menulis, 16 persen dalam sehari dihabiskan untuk membaca, 30 persen dalam sehari dihabiskan untuk berbicara dan 45 persen dalam sehari dihabiskan untuk mendengar
.
Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak selalu mudah menjadi pendengar yang baik. Banyak hambatannya.

Ya, banyak hal yang mesti ‘dibuang’ dari dalam diri untuk bisa menjadi seorang pendengar yang baik. Apakah itu? Mari kita lihat rinciannya.

Mementingkan kemampuan berbicara

Sebenarnya, mana lebih penting aktivitas berbicara dibandingkan dengan mendengarkan? Kedua-duanya penting menurut Anda atau salah satu di antaranya yang lebih penting?

Dengan berbicara, orang bisa menyampaikan isi hati kepada orang lain. Dengan berbicara, kita bisa berbagi informasi dan pengalaman kepada orang lain. Dan, dengan berbicara pula, kita bahkan bisa memengaruhi orang lain.

Sebaliknya, dengan mendengarkan seseorang berbicara, kita akan memperoleh pengetahuan, mendapatkan gagasan dan inspirasi, di samping menghargai pembicara dan membangun hubungan baik.

Menurut penulis, kedua bidang kegiatan itu sama pentingnya. Menjadi pendengar yang baik sama pentingnya dengan menjadi pembicara yang baik.

Dengan berbicara kita membagikan informasi, pengalaman, bahkan pengaruh. Dengan mendengarkan, kita memperoleh pengetahuan dan memperluas wawasan sehingga bisa menjadi pribadi yang lebih bijaksana.

Tidak fokus isi pembicaraan

Apa yang sedang kita pikirkan tatkala “mendengar” orang lain sedang berbicara? Kita mungkin secara fisik tampak mendengar, tapi apa sesungguhnya yang sedang kita pikirkan? Benarkah kita sungguh-sungguh mendengarkan apa yang dikatakan orang lain?

Sering terjadi, kita seakan-akan mendengarkan, padahal sesungguhnya tidak. Kita sibuk dengan pikiran sendiri.

Kalau demikian halnya, maka akan sangat sulit bagi si pendengar untuk memahami apa isi yang didengarkan. Tanpa fokus mendengarkan, maka apa yang dibicarakan tak akan bisa ditangkap atau dipahami dengan baik.

Oleh karena itu, pada saat mendengar, seyogianya diihindari memikirkan hal lain. Fokus kepada apa yang didengarkan adalah cara yang terbaik.

Hal-hal lain yang mendistraksi hendaknya dihindari. Hanya dengan berkonsentrasi penuh kepada materi yang disampaikan pembicara, kita bisa menangkap apa yang dibicarakan.

Mengalami kelelahan mental

Apabila secara mental kita merasa lelah karena terbebani berbagai masalah yang belum terpecahkan, akan ada kecenderungan kita tidak mampu mendengar dengan baik. Pikiran dan hati kita terlalu lelah sehingga tidak menghiraukan informasi yang hendak masuk.

Kelelahan mental telah menjadi penghambat dalam menyerap informasi. Persoalannya bukan terletak pada pembicara atau pemberi informasi, melainkan pada pendengar sendiri. Kita benar-benar merasa lelah sehingga tak bisa untuk menerima informasi.

Cara yang terbaik dalam hal ini adalah dengan beristirahat untuk beberapa waktu. Mungkin kita memilih untuk rileks atau tidur. Atau, bisa juga melakukan meditasi untuk beberapa saat guna menenangkan pikiran.

Pikiran dan perasaan kita tak bisa dipaksakan untuk diisi apabila dia sudah mengalami kelelahan. Sama halnya dengan orang sakit yang selalu memuntahkan makanan yang masuk ke mulutnya.

Menjadi pendengar yang baik sungguh tidak mudah. Diperlukan mentalitas yang siap dan prima serta energi yang cukup untuk bisa fokus mendengarkan dan menyerap apa yang sedang didengarkan itu.

Berprasangka buruk

Halodoc.com menyatakan bahwa prasangka memiliki pengaruh kuat pada bagaimana orang berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan mereka yang berbeda.

Prasangka merupakan sikap yang tidak beralasan dan tidak berdasar, biasanya bersifat negatif terhadap seseorang atau anggota suatu kelompok.

Kebanyakan orang yang sebelum memulai mendengarkan orang lain, dalam pikiran mereka sudah ada prasangka, baik prasangka buruk maupun prasangka baik.

Syukur-syukur yang ada adalah prasangka baik. Artinya, orang seperti ini melihat dan mendengar pembicara dengan pikiran yang baik dan hati yang bersih.

Sebaliknya, ada juga yang memiliki prasangka buruk. Misalnya, dengan melihat penampilan pembicara yang sederhana dan tidak keren, ia buru-buru menilai pembicara kurang kompeten.

Dengan mempercayai pendapat negatif orang terhadap pembicara, lalu menilai pembicara sebagai orang yang tidak pantas. Padahal, belum tentu seperti itu yang sebenarnya terjadi.

Prasangka buruk ini mesti diwaspadai. Ia bisa menjadi penghambat terhadap penilaian yang jernih terhadap pembicara.

Selain itu, juga menghambat upaya memaksimaksimalkan kemampuan menyerap gagasan yang disampaikan pembicara.

Oleh karena itu -- sebagai pendengar, kita mesti berusaha membersihkan pikiran dan hati kita sendiri dari berbagai prasangka negatif sehingga mampu menjadi pendengar yang baik.

Itulah sekilas tentang empat penghambat dalam usaha menjadi pendengar yang baik; penghambat yang lebih banyak bersumber dari dalam diri sendiri.

Bagaimana mengenyahkannya? Setiap orang mampu menghilangkan penghambat itu jika saja dia mau.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/06/19/123123220/gagal-jadi-pendengar-yang-baik-ini-penyebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke