KOMPAS.com - Eksistensi wastra Nusantara di mata generasi Z di Tanah Air terus berkembang ke arah yang positif.
Penggunaan wastra Nusantara atau kain tradisional seperti batik, ikat, tenun, songket dan lain sebagainya yang tidak hanya dipakai pada acara tertentu, tapi juga aktivitas sehari-hari.
Phillip Iswardono, Local Chair IFC Yogyakarta Chapter mengatakan bahwa perubahan minat Gen Z terhadap wastra dinilai menjadi suatu langkah baik dalam mempromosikan hingga melestarikan budaya.
"Anak-anak muda sekarang pakai batik itu enggak malu. Gen Z saat ini saya lihat sudah berani pakai wastra apapun itu karena desainnya sudah menyesuaikan selera mereka," ujar Phillip saat ditemui Kompas.com di Jogja Fashion Trend 2023, Yogyakarta, Kamis 13 Juli 2023.
Sebagai desainer wastra yang sudah berkecimpung selama belasan tahun, Phillip juga melihat bahwa minat Gen Z terhadap kain tradisional itu tak lepas dari desain dan mode yang terus menyesuaikan tren dari waktu ke waktu.
Baca juga: Kenapa Generasi Z Lebih Sadar Masalah Kesehatan Mental?
Dia melihat bahwa saat ini sudah banyak busana bernuansa wastra yang dikemas apik dalam wujud pakaian universal, mudah dikenakan (ready to wear) hingga menyesuaikan perkembangan mode.
"Sekarang seperti tidak jadul lagi kemasannya."
"Jadi, di mana-mana bisa dilihat itu aksen tenun, batik dan sebagainya. Menurut saya ini adalah suatu lompatan yang luar biasa. Perkembangannya pun digemari oleh Gen Z," lanjutnya.
Sebagian besar dari generasi Z saat ini berkembang dengan kesadaran akan gaya hidup berkelanjutan.
Menurut survei yang dilakukan oleh Instagram dan WSGN, ada sekitar 1.200 Gen Z diwawancarai mengungkapkan banyak hal tentang tren Gen Z teratas tahun 2023.
Mereka akan secara khusus memilih merek yang menjunjung konsep yang etis dan berkelanjutan.
Berdasarkan riset itu, Gen Z juga lebih cenderung menggunakan daya beli mereka sebagai sarana untuk memperjuangkan sustainable lifestyle.
Mulai dari membeli produk makeup ramah lingkungan sampai membeli pakaian yang ditujukan untuk pemakaian jangka panjang.
Bahkan mereka bersedia bekerja atau membayar harga lebih mahal untuk produk berkelanjutan demi mengurangi dampak terhadap pencemaran lingkungan.
Berkaitan dengan karakteristik Gen Z, penggunaan wastra juga dapat menjadi bagian dari gaya hidup sustainable.