KOMPAS.com - Alshad Ahmad kembali viral di Twitter setelah kabar harimau peliharaannya mati.
Ia dianggap melakukan eksploitasi pada berbagai hewan langka peliharaannya itu dengan berbagai konten media sosialnya.
Baca juga: Anak Harimau Peliharaannya Mati, Alshad Ahmad Tunggu Hasil Laboratorium
Kegemarannya memelihara hewan eksotis juga ikut disoroti karena dinilai memberikan contoh perilaku yang buruk kepada publik.
Seperti Alshad Ahmad, ada segelintir orang yang gemar memelihara hewan eksotis seperti harimau, macan dan ular.
Mereka rela mengeluarkan banyak biaya untuk membeli hewan tersebut, menyediakan makanan, kandang dan mengurus perizinan yang tidak mudah.
Tak jarang, para pencinta hewan ini mengabaikan aturan maupun keselamatan dirinya sendiri.
Baca juga: Hewan Eksotis Berpotensi Menularkan Penyakit
“Cenderung ada unsur eksibisionisme pada orang yang memiliki hewan eksotis,” kata psikolog media dan psikoterapis asal London, Charlotte Armitage, dikutip dari Netflix.
Baca juga: Eksibisionisme, Gangguan Mental yang Bikin Orang Senang Pamer Kelamin
“Jika Anda berjalan-jalan dengan harimau, orang-orang akan memperhatikan Anda," tambahnya.
Ia menguraikan, ada orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memvalidasi diri mereka sendiri secara internal sehingga mencoba mendapatkannya dari luar.
"Ini upaya untuk mengisi kekosongan karena merasa tidak cukup berharga," pungkasnya.
Kepribadian egois yang kurang empati ini digambarkan Armitage sebagai kecenderungan yang didorong oleh perasaan hampa, harga diri rendah, dan kurang self esteem.
Baca juga: Benarkah Narsisme Akan Berkurang Seiring Bertambahnya Usia?
Sebuah studi penelitian tahun 2016 yang berfokus pada ciri-ciri kepribadian pemilik hewan peliharaan juga membuktikan ini.
Didapati bahwa mereka yang memiliki tingkat narsisme yang lebih tinggi lebih cenderung menjadi pemilik hewan eksotis dan kurang terikat pada hewan peliharaannya dibandingkan dengan tingkat narsisme yang lebih rendah.
“Keterikatan sangat mendasar bagi perkembangan psikologis kita yang sehat dan kemampuan untuk membentuk hubungan sepanjang hidup,” kata Armitage.
Hal itu dimulai saat lahir dengan hubungan dan keterikatan antara ibu dan bayi atau pengasuh utamanya.
"Itu dimulai sejak awal kehidupan, dan, sayangnya, orang yang memiliki keterikatan yang tidak sehat pada masa bayi mungkin tidak pernah membentuk keterikatan yang sehat sepanjang hidup mereka," terang Armitage.
Baca juga: 4 Manfaat Kesehatan dari Memelihara Hewan
Sementara itu, hewan sangat bagus untuk mendorong keterikatan yang sehat pada anak-anak maupun orang dewasa.
Dengan kata lain, kurangnya keterikatan dapat menyebabkan kurangnya perhatian.
Armitage menambahkan, jenis perilaku manipulatif dan eksploitatif ini cenderung berkembang dan ditunjukkan oleh anak-anak untuk membantu mereka bertahan hidup di lingkungan rumah yang disfungsional.
"Tetapi sebagai orang dewasa, perilaku tidak sehat ini tidak berhasil dan hanya cenderung bertahan ketika mereka belum belajar melewati tahap perkembangan yang terpengaruh," ujar dia.
Baca juga: Masak dan Makan Hewan Dilindungi, YouTuber Asal Kamboja Tuai Kecaman
Kegemaran memelihara hewan eksotis biasanya dikaitkan dengan perilaku eksploitasi, apalagi pada hewan yang dilindungi.
Hal ini juga bisa memberikan gambaran kondisi psikologis orang tersebut.
“Jika mereka memiliki kesulitan keterikatan dengan hewan, sangat mungkin mereka juga akan mengalami kesulitan keterikatan di bidang lain dalam hidup mereka,” kata Armitage.
Jika orang tersebut mengeksploitasi dan membuang hewan yang disayangnya, besar kemungkinan hal tersebut juga berlaku untuk sesama manusia.
Baca juga: 6 Hewan Eksotis yang Cocok Dipelihara di Rumah Kecil
Namun, Armitage menekankan bukan berarti semua pencinta hewan eksotis tersebut memiliki perilaku yang serupa.
“Orang-orang dapat memiliki hewan eksotis dan mungkin menyukai elemen pamernya, tetapi mereka mungkin merawat hewan itu juga,” kata psikolog kenamaan Inggris ini.
"Dengan demikian, ini adalah hal yang berbeda untuk memiliki dan mengeksploitasi hewan eksotis karena ada kepedulian yang ditunjukkan."
Selain itu, ia mengingatkan publik untuk mengevaluasi respon pribadi kita terhadap konten hewan eksotis yang dinikmati.
Baca juga: Alasan Seseorang Betah Nonton Video Kucing
“Masalah dengan hewan eksotis adalah bahwa hal itu cukup jauh dari realitas kehidupan kebanyakan orang,” jelas Armitage.
Akibatnya, itu menjadi seperti film dan seakan kita bisa melepaskan diri dari itu.
Ia menyarankan untuk mengutamakan empati daripada hiburan sehingga tak ada lagi yang menganggap kepemilikan hewan eksotis sebagai hal yang mengagumkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.