Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/08/2023, 19:01 WIB
Putri Aulia,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lingkungan sekolah dapat menjadi sumber stres bagi banyak siswa. Tekanan akademis, sosial, emosional, dan mental yang dihadapi di sekolah dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi pada siswa.

Berapapun usia mereka, hal yang wajar bagi anak-anak untuk merasa gugup, bahkan cemas tentang sekolah.

Ada beberapa langkah yang dapat orangtua lakukan untuk membantu anak-anak belajar mengatasi ketakutan tersebut.

Tanda-tanda anak mengalami kecemasan stres terkait sekolah antara lain:

  • Membolos sekolah atau menolak untuk berangkat.
  • Sering mengunjungi perawat sekolah untuk mengeluh sakit dan meminta pulang.
  • Sering menelepon ke rumah di siang hari dan meminta untuk dijemput.
  • Pergi ke sekolah hanya setelah menangis, mengamuk, menentang, atau perilaku bermasalah lainnya.
  • Secara teratur mengeluhkan gejala fisik seperti mual, sakit kepala, atau sakit perut.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui Orangtua soal Kecemasan pada Anak

Kecemasan akan sekolah dapat memberikan tekanan pada seluruh keluarga. Hal ini dapat menghambat anak untuk berkembang baik secara akademis maupun sosial.

Dr. Rome bersama dengan psikiater Joseph Austerman memberikan saran untuk membantu anak mengatasi stres yang berhubungan dengan sekolah.

Periksa secara teratur

Komunikasi adalah kunci untuk mengenali kecemasan anak sebelum hal itu menjadi tidak terkendali. Cobalah kebiasaan untuk melakukan tanya jawab. Tanyakan kepada anak tentang hari mereka setiap hari.

Ajukanlah pertanyaan yang spesifik agar anak bisa memahami lebih banyak tentang harinya dan bagaimana perasaan mereka. Dengan cara ini, kita akan mengetahui lebih banyak tentang bagaimana keadaan mereka dan apa yang ada dalam pikiran mereka.

Beberapa pertanyaan yang bisa ditanyakan kepada anak seperti berikut.

"Apa bagian terbaik dari harimu? Apa bagian terburuknya?"
"Apa hal terlucu yang terjadi hari ini?"
"Dengan siapa kamu duduk saat makan siang hari ini?"
"Apa hal baru yang kamu pelajari hari ini?"
"Kemarin, kamu bilang kamu khawatir tentang suatu hal. Bagaimana hasilnya?"

Tidur yang nyenyak

Tidur yang cukup sangat penting bagi kemampuan anak untuk mengelola stres dan mengatur emosi mereka. Secara umum, anak-anak berusia antara 6 dan 12 tahun harus tidur sekitar sembilan hingga 12 jam setiap malam. Sementara, untuk remaja mereka harus tidur delapan sampai 10 jam.

Tetapi beberapa anak mungkin membutuhkan lebih banyak tidur daripada itu. Jika anak mengalami kesulitan bangun di pagi hari, sulit berkonsentrasi di sekolah atau kesulitan mengatur emosi mereka, itu bisa menjadi tanda bahwa mereka membutuhkan lebih banyak tidur.

Beberapa hal yang bisa membantu anak tidur dengan cukup antara lain:

  • Batasi atau idealnya, hindari kafein, termasuk kopi, soda, dan minuman berenergi.
  • Jauhkan ponsel dan perangkat elektronik lainnya dari kamar tidur anak.
  • Dorong anak untuk bersantai atau bebas dari layar perangkat elektronik setidaknya satu jam sebelum tidur.

Baca juga: Bagaimana Membantu Anak yang Mengalami Anxiety?

Miliki rutinitas pagi yang konsisten

Memulai aktivitas di pagi hari bagi beberapa anak dan keluarga bisa jadi hal yang paling menantang. Pagi yang kacau dapat menimbulkan kecemasan dan kegelisahan tentang hari yang akan datang.

Orangtua bisa menyiapkan anak untuk memulai hari dengan baik melalui beberapa cara, yaitu:

  • Pastikan alarm anak diatur dengan benar. Buatlah jadwal pagi mereka agar anak memiliki waktu untuk bersiap-siap ke sekolah tanpa terburu-buru.
  • Bantu mereka membuat rutinitas pagi dan mematuhinya.
  • Doronglah mereka untuk memilih pakaian dan mengemas tas mereka pada malam hari. Hal ini akan membantu menjaga pagi mereka tetap di jalur yang benar dan mengurangi stres dalam mengambil keputusan.

Bangun tim pendukung

Jika anak menunjukkan tanda-tanda kecemasan di sekolah secara konsisten, cobalah berbicara dengan guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk membantu kondisi tersebut.

Hal ini dapat membantu orangtua memperoleh perspektif lain tentang tanda-tanda kecemasan tersebut. Ini juga memberikan orangtua kesempatan untuk menambahkan wawasan kepada mereka.

Bekerja sama dengan guru dan orang lain dapat memberikan langkah dukungan untuk membantu mengatasi stres anak.

Duungan itu mungkin berupa hal-hal seperti sentuhan lembut di bahu, dan tempat duduk yang tidak dekat dengan anak-anak yang mereka pikir dapat menjadi sumber stres.

Selain itu, bekerja sama dengan guru juga bisa membantu untuk membaca isyarat anak.

Pertimbangkan dukungan profesional

Ada perbedaan antara anak yang mengalami kegelisahan dan anak yang mengalami kecemasan atau depresi. Biasanya anak memang memiliki periode penolakan saat pergi ke sekolah. Itu hal yang normal.

Tetapi jika perilaku itu berlanjut selama dua minggu atau lebih, kemungkinan besar itu lebih dari sekadar fase yang lewat. Inilah saatnya untuk mendapatkan bantuan dukungan profesional untuk mengatasi kecemasan mereka.

Dr. Austerman menyarankan untuk mencari terapis yang berkualifikasi yang berspesialisasi dalam merawat anak-anak. Jika orangtua bingung, mereka bisa menghubungi dokter anak.

Baca juga: Anak Stres, Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Membantunya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com