Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Berusaha membuat orang lain bahagia tak selalu buruk. Namun, jika caranya salah akan berdampak buruk pada kesehatan mental kita. Orang yang terlalu ingin menyenangkan orang lain kerap disebut sebagai people pleaser.
Dikutip dari Healthline, menurut Erike Myers, seorang terapis di Bend, Oregon, dorongan untuk menyenangkan orang lain dapat merusak diri sendiri. Orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain secara tak sadar akan mengabaikan kebahagiaannya sendiri.
Menjadi people pleaser juga akan menyebabkan masalah untuk diri sendiri ataupun hubungan dengan orang lain. Hal ini pun dibahas dalam sinair Anyaman Jiwa episode “People Pleaser, Emang Boleh Se-Enggak Enakan Itu?” di Spotify melalui tautan s.id/AnJiwPeople.
People pleaser adalah seseorang yang berusaha menyenangkan dan memprioritaskan orang lain di atas dirinya sendiri. Mereka merasa orang lain akan menjauhi, mengabaikan, hingga meninggalkannya jika ia menolak permintaan tersebut.
Dilansir dari Psychology Today, kecenderungan untuk selalu menyenangkan orang lain tersebut berhubungan dengan Dependent Personality Disorder.
Baca juga: “Ego Depletion”, Alasan Kenapa Kita Sering Gagal
Menurut Psikolog UGM, Smita Dinakaramani, terdapat beberapa ciri yang mencerminkan people pleaser, yaitu memprioritaskan kepentingan maupun perasaan orang lain dibanding diri sendiri. Bahkan, jika hal tersebut merugikan dirinya sendiri.
Seorang people pleaser juga selalu ingin terlihat sempurna, mereka memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan validasi bahwa dirinya lebih baik dari orang lain.
Disamping itu, mereka juga akan membiarkan dirinya untuk dimanfaatkan orang lain dan sering meminta maaf karena selalu takut disalahkan.
Smita Dinakaramani menjelaskan bahwa ada banyak faktor pendorong mengapa mereka menjadi people pleaser. Salah satunya adalah kepercayaan diri yang rendah, mereka akan menganggap bahwa perasaan bukanlah hal penting dibanding perasaan orang lain.
Faktor selanjutnya adalah karena mereka selalu menghindari konflik dengan orang lain. Kemudian rasa cemas karena ingin bisa beradaptasi untuk bisa disukai orang lain.
Sikap-sikap tersebut apabila terus berlangsung dapat mengakibatkan kelelahan fisik dan mental. Bahkan, akan berakibat pada sulitnya untuk mengetahui keinginan diri sendiri (lost sense of self) karena segala yang dilakukan bergantung pada orang lain.
Pada akhirnya sikap people pleaser akan menyebabkan perasaan tertekan karena mereka tak menjadi dirinya sendiri.
Kebanyakan people pleaser tak menyadari apa yang mereka lakukan. Bahkan, mereka pun tak tahu apa yang dibutuhkan. Kondisi ini terjadi karena harga diri mereka terikat pada apa yang dilakukan kepada orang lain.
Seorang people pleaser perlu mengenal dirinya sendiri. Mengetahui siapa diri kita sendiri akan membuka pintu untuk pemahaman yang lebih baik tentang keyakinan, emosi, dan kebutuhan diri sendiri. Hal ini pun akan membantu kita untuk menghargai diri sendiri.