KOMPAS.com - Di antara berbagai jenis sepatu yang kita kenal, salah satunya adalah loafers, atau beberapa orang menyebutnya pantofel, dari bahasa Perancis pantoufles.
Sepatu yang sudah ada sejak beberapa abad lalu ini sebenarnya ditujukan untuk suasana kasual.
Namun dalam perkembangannya, karena nyaman dan banyak bangsawan dan orang penting memakainya, maka beberapa budaya memasukkannya sebagai salah satu sepatu yang bisa dipakai pada acara resmi.
Yang jelas, untuk penampilan yang lebih keren, sepatu ini bisa menggantikan sandal atau selop, dengan kepraktisan serupa karena sangat mudah dipakai.
Di negara-negara empat musim, loafers umumnya dikenakan saat musim panas, yang artinya sepatu jenis ini cocok dipakai di negara seperti Indonesia karena tidak akan membuat kaki terasa gerah dan panas.
Baca juga: Ada Banyak Jenis Sepatu, Tahukah Kamu Bedanya?
Sebelum menentukan pilihan, ada baiknya kita mengenal apa itu sepatu loafers.
Loafers adalah sejenis sepatu formal (dress shoe) yang cara pakainya cukup dengan memasukkan kaki ke dalamnya (slip on). Sepatu yang terbuat dari kulit ini umumnya memiliki hak yang rata dan bagian atasnya tidak menggunakan tali atau gesper.
George Henry Bass – pendirinya – merilisnya pada tahun 1936 sebagai “Weejuns,” sebuah plesetan dari kata “Norwegian” untuk menunjukkan asal usulnya.
Saat diperkenalkan di Amerika Serikat, sepatu ini segera diadopsi oleh mahasiswa Ivy League, yang menjulukinya “Penny Loafers” karena mereka sering menyelipkan uang satu sen ke dalam lapisan di bagian atas sepatu untuk digunakan menelpon di telepon umum.
Gaya sepatu loafers ini tidak banyak berubah sejak kemunculan Weejun, menjadikannya item klasik yang tak lekang oleh waktu.
Selama bertahun-tahun,sepatu loafers berkembang dan berevolusi menjadi beberapa jenis untuk mengakomodasi pria dengan gaya berbeda.
Mana yang cocok untuk Anda? Jawabannya adalah semuanya!
Mengapa? Loafers adalah sepatu kasual. Sepatu ini dimaksudkan untuk dikenakan dalam konteks yang mirip dengan sepatu dress boots (sepatu bot yang rapi), smart namun kasual. Apa pun variannya, semuanya memiliki tujuan yang sama.
Sang Raja menginginkan sepasang sepatu kasual namun elegan yang dapat ia kenakan di kerajaannya untuk aktivitas seperti menembak.
Sepatu pantofel Wildsmith memiliki siluet yang lebih sempit dibandingkan varian lainnya. Ciri utamanya adalah jahitan vertikal di bagian depan sepatu. Hal ini membuat sepatu terlihat lebih ramping dan elegan.
Meskipun sepatu ini tidak dianggap sebagai sepatu loafers pria resmi pertama yang dirilis, model Wildsmith masih banyak dipakai hingga saat ini.
Baca juga: 9 Jenis Sepatu Kulit Laki-laki untuk Bergaya, Sudah Punya yang Mana?
Sepatu Aurland memiliki tampilan yang lebih kokoh. Seperti mokasin, Aurland memiliki jahitan di bagian atas sehingga terlihat lebih kotak serta memiliki aksesoris seperti sadel di bagian atas sepatu.
Di sinilah mulai ada benturan budaya. Orang Amerika cenderung menganggap tassel loafers bisa dipakai dalam acara yang sangat resmi, sedangkan orang Inggris tetap menganggapnya sebagai sepatu yang lebih kasual.
Tidak heran bila dalam artikel-artikel yang asalnya dari Amerika, sepatu loafers ini dimasukkan dalam kategori sepatu resmi.
Adapun salah satu tassel loafers yang populer adalah keluaran Dr. Martens yakni seri Adrian. Yang terbaru, dr. Martens menghiasi Adrian dengan gaya gothic Americana dengan hiasan jahitan berwarna putih pada sepatu hitam.
Seri Gothic Americana ini juga dihadirkan Dr. Martens dalam jenis boots 1460 dan sepatu seri 1461.
Sepatu kilted loafers memang mengambil inspirasi dari sepatu klasik Oxford. Bentuknya membuat jenis ini cocok dipakai untuk bersantai di country club.
Ada beberapa perbedaan utama antara jenis ini dan sepatu lainnya. Salah satunya, Gucci adalah orang pertama yang mendesain sepatu pantofel berwarna hitam. Menariknya lagi, dia menambahkan potongan logam di bagian atasnya sebagai aksesoris.
Karena alasan ini, horsebit loafers dianggap sedikit lebih mewah dibandingkan loafers lainnya. Meskipun pada dasarnya masih merupakan sepatu kasual, sloafers ini bisa diterima sebagai tampilan kantoran sejak petinggi-petinggi Wall Street memakainya.
Pada tahun 1954, Henri Bendel membeli dua pabrik berusia 300 tahun di Belgia. Ia lalu membuat sepatu loafers dengan pita kecil yang dijahit di atasnya, dan lahirlah Belgian loafers.
Sepatu ini langsung menjadi populer, dan Bendel dianugerahi dua gelar Ksatria atas karyanya: The Knightship of The Order of Leopold I pada tahun 1964, dan Knight Commander of The Order of Leopold II enam tahun kemudian.
Nah karena loafers memiliki kedudukan yang sama dalam formalitas pakaian seperti halnya dress boots, maka pilihan untuk tampil kasual tapi elegan adalah loafers, yang pasti jauh lebih nyaman.
Loafers yang biasanya dipakai dengan kaus kaki no-show (tidak terlihat), atau tanpa kaus kaki, akan memberikan ruang bernapas yang lebih luas pada kaki. Selain itu, sepatu ini jauh lebih ringan dibandingkan jenis sepatu lainnya sehingga tidak terlalu merepotkan saat cuaca panas.
Sepatu loafers juga mudah dipakai dan dilepas, serta cocok dipadukan dengan berbagai jenis gaya busana.
Ada juga yang mengatakan sepatu loafers akan membuat kita terlihat lebih tinggi karena profil rendahnya membuat kaki terlihat panjang.
Jenis loafers apa pun yang kamu pilih, kamu tidak akan salah. Sepatu ini membawa serta kisah dan warisan budaya yang mengesankan, membuat penampilanmu makin menawan.
Baca juga: 10 Jenis Sepatu Resmi dari yang Paling Formal hingga Kasual
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram