Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Belajar Gagal secara Kesatria

Kompas.com - 22/02/2024, 15:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Gigih melakukan berbagai usaha untuk menggapai keberhasilan baru, kuat menjalani berbagai konsekuensi dari kegagalan yang terjadi, serta optimistis bahwa usaha yang dilakukan tidak sia-sia adalah sikap-sikap yang perlu dimiliki seseorang yang sedang melenting meninggalkan kegagalan.

Kegigihan, kekuatan, dan optimisme akan menentukan seberapa tinggi orang berhasil melenting.

Hanya saja seseorang perlu bersikap rela dan menerima untuk dapat melenting. Analoginya, kita tidak akan pernah bisa melompat dan terbang tinggi jika tangan masih memegang erat alas tempat kita berpijak.

Gagal dan jatuh terpuruk bukan hal yang mudah dilupakan, seringkali malah banyak menimbulkan trauma. Hal ini membuat bangkit dan melenting dari kegagalan atau keterpurukan menjadi tidak mudah.

Banyak orang melakukan hal ekstrem hingga bunuh diri karena gagal dan terpuruk. Mereka yang melakukan hal semacam itu membangun pemikiran bahwa dirinya sama dengan kegagalan.

Mereka tidak menerima kegagalan dan tidak pula merelakan keberhasilannya sirna. Seperti layaknya kesatria, seseorang yang resilien, akan dengan gagah berani menerima kekalahan dan merelakan “keberhasilan” yang pernah dimiliki pudar.

Rela dan menerima adalah “melepaskan” tangan yang menggenggam kegagalan agar bisa melompat dan terbang menggapai keberhasilan yang akan datang.

Masa ini penuh kompetisi, banyak dari kita sedang menjalani kompetisi. Kita bisa belajar banyak hal tentang sikap dalam kompetisi, menang, dan kalah melalui kisah Mahabharata.

Bagi yang kalah dalam kompetisi, sikap para kesatria Pandawa yang gigih, kuat, dan optimistis menghadapi konsekuensi kekalahan dalam permainan dadu bisa jadi panutan.

Menghadapi kegagalan secara kesatria tidak mudah dilakukan, bahkan mungkin berdarah-darah; tetapi sama seperti di Mahabharata, sikap kesatria mengantarkan kepada kemenangan.

Kesatria Pandawa bangkit dari keterpurukan, tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk memperjuangkan nilai-nilai yang mereka yakini dan untuk semua orang yang mereka cintai.

Bagi Anda yang saat ini merasa gagal dan terpuruk, Anda harus bangkit tidak semata-mata demi diri Anda, tetapi demi nilai-niai yang Anda perjuangkan serta orang-orang yang mengasihi dan Anda kasihi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com