Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Orangtua Ajak Anak Nonton Film “Siksa Kubur”, Psikolog Ungkap Dampaknya

Kompas.com - 18/04/2024, 20:40 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

 

KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir, netizen di media sosial X ramai membicarakan orangtua yang mengajak anak-anak menonton film horor religi “Siksa Kubur” di bioskop. 

Yang menjadi sorotan adalah, film horor religi tersebut memiliki rating usia penonton yakni D17+, berdasarkan informasi dari situs 21cineplex. Itu berarti, film tersebut hanya dapat ditonton oleh mereka yang berusia 17 tahun ke atas. 

Baca juga: Peran Ayah Bantu Cegah Anak Jadi Korban Kekerasan

Sontak, informasi yang diunggah salah satu pengguna media sosial X tersebut mendapatkan banyak kecaman oleh netizen. 

Banyak netizen mempertanyakan sikap orangtua yang mengajak anak-anak menonton film tidak sesuai rating usia, dan meminta pihak bioskop lebih tegas dalam menyaring penonton film sesuai usia. 

Rating usia untuk proteksi 

Ilustrasi anak menonton bioskop. Netizen ramai membicarakan orangtua yang mengajak anak-anak menonton film horor religi “Siksa Kubur” di bioskop.Shutterstock/Bbernard Ilustrasi anak menonton bioskop. Netizen ramai membicarakan orangtua yang mengajak anak-anak menonton film horor religi “Siksa Kubur” di bioskop.

Psikolog Ratih Ibrahim mengatakan, rating usia untuk film dibuat bukan tanpa alasan. Melainkan, sebagai bentuk proteksi bagi penonton, khususnya anak-anak karena pada umumnya film tersebut berisi konten kekerasan dan pornografi. 

“Film dengan rating usia 17+ umumnya mengandung konten kekerasan dan pornografi, sehingga jelas bukan diperuntukkan sebagai tontonan anak-anak,” ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (18/4/2024). 

Baca juga: 3 Bentuk Kekerasan yang Sering Dialami Anak Perempuan di Indonesia

Bahkan, Ratih menilai bahwa mengajak anak menonton film dengan rating usia 17+ merupakan bentuk kekerasan terhadap anak (violence against children) yang dilakukan oleh orangtua. 

Sebab, kewajiban orangtua adalah mendidik dan melindungi anak. Artinya, kata Ratih, stimulasi untuk anak harus sesuai dengan umur si kecil. 

“Mengajak nonton film yang bukan umurnya, apalagi dengan potensi menorehkan trauma buat anak-anak, itu bentuk kezoliman dan violence against children,” tuturnya. 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

 

Ilustrasi anak menonton bioskop. Netizen ramai membicarakan orangtua yang mengajak anak-anak menonton film horor religi “Siksa Kubur” di bioskop.Freepik/Serhii Bobyk Ilustrasi anak menonton bioskop. Netizen ramai membicarakan orangtua yang mengajak anak-anak menonton film horor religi “Siksa Kubur” di bioskop.

Dampak anak nonton film tidak sesuai rating usia 

Psikolog mengungkapkan bahwa ada sejumlah dampak negatif apabila anak menonton film tidak sesuai dengan rating usianya. 

1. Anak mengalami trauma 

Praktisi Psikologi Anak, Aninda, S.Psi, M.Psi.T., menjelaskan, anak berpeluang besar mengalami trauma terhadap kejadian sejenis seperti yang digambarkan dalam adegan film. 

Sebab, anak-anak sudah mulai memahami emosi dasar, seperti paham rasa takut dan marah karena merasa tidak nyaman. 

“Apalagi, jika tidak ada bantuan dari orang dewasa untuk meredakan emosi-emosi negatif tadi, atau malah orang dewasa menganggapnya hal yang sepele,” jelas Aninda.

Baca juga: Awas, Main Gadget Sebelum Tidur Ganggu Kualitas Tidur Anak

2. Anak menganggap kejadian dalam film adalah wajar 

Berbanding terbalik dengan rasa trauma, lanjut Aninda, anak bisa saja menganggap bahwa peristiwa dalam film tersebut merupakan hal yang wajar. 

Kondisi tersebut disebabkan lantaran kemampuan anak berpikir sadar belum berkembang secara optimal. Karenanya, anak-anak belum mampu membedakan suatu kejadian sebagai kenyataan atau rekayasa maupun membedakan perbuatan yang salah atau benar. 

“Katakanlah ada sebuah adegan kekerasan, maka bisa jadi anak akan menganggap hal tersebut wajar dilakukan karena toh “di film saja boleh”,” paparnya. 

3. Anak merasakan emosi negatif 

Seperti disampaikan sebelumnya, meskipun pikiran sadar anak masih belum berkembang dengan optimal, namun anak sudah mulai memahami emosi dasar. 

Jadi, anak sudah mulai memahami rasa, seperti takut dan marah. Saat menonton film yang tidak sesuai dengan rating usianya, anak bisa saja merasakan emosi negatif dan tidak nyaman.

Sayangnya, anak-anak cenderung belum bisa meregulasi emosi negatif tersebut serta masih membutuhkan bantuan orangtua. 

“Jika anak terpapar film rating 17+ yang tidak membuat nyaman diri mereka, maka mereka akan merasakan emosi-emosi negatif tadi, tapi tidak mampu meregulasi kejadiannya karena masuk begitu saja ke alam bawah sadar mereka,” terang Aninda. 

Baca juga: 5 Cara Memperbaiki Mental Anak yang Sering Dimarahi 

4. Mendorong perilaku menyimpang 

Terpisah, Ratih Ibrahim  menuturkan bahwa dampak negatif anak menonton film dengan rating usia 17+ secara umum adalah mendorong perilaku menyimpang pada anak. 

Sebab, seperti diterangkan sebelumnya, film dengan rating usia 17+ biasanya mengandung unsur kekerasan dan pornografi. Perilaku menyimpang yang dimaksud Ratih, seperti kekerasan secara verbal maupun non-verbal hingga perilaku seksual di bawah umur. 

“(Dampak negatif anak nonton film rating usia 17+) Membentuk nilai dan perilaku menyimpang pada anak,” ujarnya. 

Menurut Ratih, kondisi tersebut disebabkan kemampuan anak dalam menyaring informasi masih kurang. Selain itu, anak masih belum cukup dewasa untuk memproses informasi tersebut, sehingga akan mudah terpengaruh dan meniru berbagai hal yang mereka lihat dan dengar. 

“Anak akan menganggap tindakan seksual dan kekerasan, seperti seks bebas, kebimbangan terkait orientasi seksual, dan perkelahian, menjadi suatu hal yang wajar,” paparnya. 

5. Anak jadi kurang percaya diri 

Jika anak kerap menonton film dengan rating usia 17+ dalam jangka panjang, Ratih menuturkan bahwa anak dapat berpotensi menjadi pribadi yang cenderung menutup diri dan kurang percaya diri.

“ Anak juga akan sulit fokus dan berkonsentrasi, hingga kehilangan semangat menjalani aktivitas sehari-hari,” imbuhnya. 

Baca juga: 7 Tips Agar Tidak Memukul Anak Saat Emosi, Orangtua Harus Tahu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com