Penulis
Dari sana, tumbuh ketertarikan yang lebih mendalam terhadap ilmu strength training.
Baca juga: 4 Latihan Beban Sederhana untuk Kecilkan Perut Buncit
Perubahan yang dirasakan Sani tidak hanya terjadi pada tubuhnya.
Latihan rutin membantunya membangun disiplin, memperbaiki mood, serta menumbuhkan kemampuan mengelola stres.
Ia merasa lebih kuat menjalankan peran sebagai istri dan ibu, sekaligus lebih mengenal batas dan kapasitas tubuhnya.
"Perjalanan olahraga ini sebenarnya perjalanan olahrasa," kata Sani.
Baginya, setiap gerakan bukan hanya soal membentuk otot, tapi memahami sinyal tubuh, apa yang nyaman, apa yang terlalu berat, dan bagaimana menyesuaikan ritme tanpa menyiksa diri.
Baca juga: Kardio Vs Latihan Beban, Mana yang Lebih Baik Turunkan Berat Badan?
Awalnya, Sani hanya ingin mendorong orang tua dan keluarga dekat mencoba latihan beban karena ia merasakan sendiri manfaat fisiknya.
Namun semakin ia membuka percakapan di media sosial, semakin ia sadar bahwa banyak masyarakat Indonesia masih keliru memahami latihan beban, terutama perempuan.
Ada anggapan bahwa latihan beban membuat tubuh terlalu berotot, padahal massa otot justru penting untuk metabolisme, kesehatan tulang, hingga pencegahan penyakit metabolik.
Belum lagi larangan yang sering diberikan tanpa penjelasan detail, seperti batasan beban lima kilogram pasca operasi, yang dalam banyak kasus tidak berdasar dan perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Menurut Sani, persoalan utama bukan hanya pada larangan itu, tetapi pada minimnya edukasi lanjutan.
Banyak orang tidak tahu kapan boleh kembali bergerak, bagaimana memulai dari ringan, atau bagaimana menyesuaikan progres latihan.
Di sisi lain, akses gym dan informasi yang belum merata membuat latihan beban tampak eksklusif.
Salah satu pengalaman paling berarti bagi Sani adalah mendampingi seorang teman lansia yang ingin belajar angkat beban.