KOMPAS.com - Body shaming atau mengritik dan mengomentari secara negatif bagian tubuh seseorang maupun diri sendiri, secara psikologis akan menimbulkan rasa tidak percaya diri.
Bahkan, bisa menyebabkan seseorang yang menjadi korban body shaming mengalami depresi.
Edsa Estella, pemilik akun Twitter @sangpisank, merupakan salah satu korban perundungan body shaming yang berhasil keluar dari masa kelam tersebut.
Ia pun kerap berbagi perjuangannya melalui media sosial.
Edsa kerap di-bully karena perawakan besar yang dimilikinya kala itu.
Mahasiswi jurusan Teknologi Pangan Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L) di Jakarta ini berhasil menurunkan berat badan dari 107 kilogram, kini menjadi 65 kilogram dalam waktu 2 tahun.
Dari 107kg turun ke 53kg dan jadi 65kg
A thread pic.twitter.com/4paT0FeFVV
— E (@sangpisank) June 6, 2019
Baca juga: Trik Jitu Maudy Ayunda Lawan Perundungan
Edsa menurunkan berat badannya puluhan kilogram dengan menjalani gaya hidup sehat.
Seperti apa kisah perjuangan Edsa dalam melawan perundungan yang ia alami?
"Aku dari kecil di-bully, terus mendapat perlakuan yang enggak adil, dari guru maupun teman. Bahkan yang enggak kenal sekali pun. Aku penyakitan dan enggak percaya diri untuk nyoba hal apa pun karena gemuk," ujar Edsa saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (8/8/2019).
Edsa mengatakan, sejak kecil ia memang memiliki tubuh gemuk.
"Waktu masih TK, teman-temanku mendorong-dorong aku. Tapi karena badanku besar, aku enggak kedorong. Terus aku dorong balik, dia kepleset. Akhirnya, aku yang disalahkan dan dibilang autis," ujar Edsa, berkisah tentang pengalaman masa kecilnya.
Tidak hanya mendapat kekerasan secara verbal, Edsa kecil juga kerap dilempar barang-barang dan dipukul oleh teman-temannya.
Baca juga: Jawaban Atas Maraknya Perundungan, Ini Kata Peneliti
Mengetahui anaknya mendapatkan perlakuan seperti itu, orangtua Edsa marah dan selalu melaporkan tindakan perundungan tersebut kepada pihak sekolah.
Akan tetapi, menurut Edsa, aduan itu tidak mendapatkan tanggapan serius pihak sekolah.
Akhirnya, orangtua Edsa memutuskan untuk memindahkannya ke sekolah lain.