Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/02/2020, 19:22 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan ini informasi hoaks tentang tanaman atau hewan yang diklaim bisa mengobati kanker banyak beredar. Tentu informasi seperti ini tak bisa langsung dipercaya.

Menurut Dr. Griska Lia Christine, Sp-PD, semua obat yang akan diberikan pada pasien kanker membutuhkan uji klinis dengan tahapan yang tidak singkat.

Uji klinis itu pertama, si obatnya itu, atau herbal yang kita mau pakai itu harus dicobakan dulu ke dalam sebuah tabung. Artinya, pada benda mati dulu,” ujar Griska dalam jumpa pers Watson ‘Beauty Inside & Out’ di Kuningan City, Jakarta Selatan, Selasa (4/2/2019).

Baca juga: Selain Bajakah, 7 Tanaman Ini Diklaim Dapat Menjadi Obat Kanker

Tahapan selanjutnya, akan dilakukan uji coba pada hewan coba. Bila hasil dari uji coba itu baik, barulah akan dicoba pada orang sehat.

“Lalu kita lihat, diberi obat itu dengan dosis tertentu apakah ada efeknya, toleransinya,” ungkapnya.

Pada fase selanjutnya, obat akan diberikan pada pasien sakit yang membutuhkan. Namun, dosis yang diberikan masih skala kecil. Kemudian, efek samping dari penggunaan akan kembali diobservasi.

“Kemudian adakah efek samping di luar perkiraan kita sebelumnya,” katanya.

“Setelah itu uji klinis fase ketiga, nanti diberikan dengan range lebih besar. Bagaimana keamanannya, efektivitasnya, efek sampingnya,” imbuhnya.

Baca juga: Tes Darah Bisa Deteksi Kanker Ovarium Dua Tahun Lebih Awal

Tahap akhir, obat akan dipasarkan. Namun, bukan berarti fase uji klinis telah berakhir. Setiap obat yang dipasarkan akan melalui post marketing surveillance, yakni, fase setelah obat dipasarkan.

“Setiap dokter atau klinisi yang menemukan efek samping di luar yang sudah ada, harus dilaporkan ke farmasi. Mengapa obat ini memiliki efek samping di luar yang diteliti,” ungkap Griska.

Mengingat fase uji klinis memerlukan banyak tahapan, Griska mengimbau pada masyarakat untuk selektif memilih obat untuk mengatasi kanker.

“Kayak akar bajakah itu ya, yang kemarin ramai, itu baru dicobakan pada mencit atau hewan coba. Atau pada manusia yang sedikit. Jadi tahapannya masih panjang,” pungkasnya.

Baca juga: Olahraga yang Dianjurkan untuk Pasien Kanker

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com