KOMPAS.com - Mempunyai hubungan yang mesra dan langgeng dengan pasangan adalah impian semua orang.
Apalagi, bagi mereka yang hubungannya sudah beranjak ke jenjang yang lebih serius.
Namun, tidak semua pasangan bisa mendapatkan cinta yang abadi. Seiring berjalannya waktu, rasa cinta bisa saja memudar.
Saat pertama kali jatuh cinta, kita mungkin melihat pasangan sebagai sosok yang sempurna.
Bahkan, perilaku aneh pasangan pun bisa kita terima, dengan menganggap sebagai sesuatu yang berharga dan menggemaskan.
Baca juga: Catat, 6 Tanda Hubungan dengan Pasangan Makin Memburuk
Pada titik ini, masing-masing pasangan akan menaruh empati, kasih sayang, komunikasi, dan rasa pengertian.
Bruce Lipton, penulis The Biology of Belief and The Honeymoon Effect, mengatakan, rasa cinta saat pertama kali jatih cinta adalah perasaan yang otentik.
Tapi, ia menyampaikan bahwa jatuh cinta berarti seseorang jatuh ke dalam kebiasaan terkondisi bawah sadar yang sebagian besar dipenuhi dengan persepsi negatif.
Hal ini bisa mengakibatkan orang yang dulunya dicintai menjadi menyebalkan, bahkan pasangan tidak mau melihatnya lagi.
Menariknya, para peneliti justru mendapati rasa kagum bisa mengurangi peradangan dan bahan kimia penyebab penyakit dalam tubuh.
Rasa kagum bisa menjadi "obat" untuk steroid, kadar bahan kimia, dan alkohol. Begitu juga gangguan, seperti internet dan ponsel.
Baca juga: Sederhana tapi Penting, Inilah 3 Resolusi untuk Pasangan di Tahun 2022
Lantas, bagaimana seseorang mempertahankan cinta?
Kita mungkin pernah ingin memberi masukan atau kritik kepada pasangan. Tapi, sebelum melakukanya, sebaiknya kita mengkritk diri sendiri.
Melihat pasangan dengan pandangan baru dapat membantu kita menjadi pendengar yang lebih baik, dan menghargai bahwa segala sesuatu tentang pasangan adalah istimewa.
Keintiman adalah sesuatu yag sakral dalam hubungan. Ada banyak sisi positif yang kita rasakan ketika bisa menjaga keintiman.