KOMPAS.com - Twitter tengah diramaikan oleh kasus, yang dijuluki netizen, Tinder Swindler Indonesia.
Berawal dari salah satu akun yang mengaku ditipu oleh sesosok pria yang ditemuinya di media sosial.
Pelaku mengaku sebagai James Sinaga, orang kaya yang memiliki puluhan pabrik dan toko elektronik.
Ia kerap merayu korban dengan flexing kekayaannya termasuk berjanji memberikan satu unik iPhone secara cuma-cuma.
Baca juga: Flexing, Tren Pamer Harta demi Gengsi dan Status Sosial
Belakangan ia malah minta ditransfer uang dengan alasan akun perbankan miliknya sedang limit dan dalam kondisi terdesak.
Setelah itu, si Tinder Swindler Indonesia ini lalu hilang tanpa jejak dan memblokir akun media sosial korban tanpa membayar hutangnya.
TWITTER PLEASE DO YOUR MAGIC
HATI HATI TINDER SWINDLER VERSI INDONESIA
Jadi aku udah bingung banget mau curhat kemana. Ditipu mentah-mentah sama orang ini.
Ada yang kenal kah? Atau ada yang jadi korban juga?
Aku bakalan cerita kronologis lengkapnya dibawah ya.Mohon bantu RT pic.twitter.com/dLqI3usq73
— sunyi di malam itu (@malamtanpakata) March 14, 2022
Setelah kasus ini viral di Twitter, muncul sejumlah akun lainnya yang juga mengaku sebagai korbannya.
Namun nama yang diberikan berbeda meskipun latar belakang yang dipakainya serupa, pria kaya raya dengan puluhan usaha menjanjikan.
Modus pemalsuan identitas secara online ini termasuk dalam model penipuan dunia digital yang dinamani catfishing.
Istilah ini semakin populer beberapa waktu belakangan, khususnya setelah media sosial dan Tinder marak dijadikan tempat mencari pasangan.
Baca juga: Love Bombing, Taktik Melenakan Pasangan Seperti di The Tinder Swindler
Catfishing adalah perbuatan memalsukan identitas dengan menciptakan profile online guna mengelabui orang lain yang menjalin hubungan asmara dengannya.
Demi melakukannya, pelaku catfishing menggunakan foto atau persona palsu untuk menggaet teman atau pasangan di internet.
Umumnya, catfishing dilakukan untuk menipu dan mendapatkan uang dari korbannya.
Namun tindakan ini juga bisa dilakukan karena masalah kepercayaan diri, depresi, balas dendam, pelecehan seksual dan bertujuan mengeksplorasi seksualitas targetnya.
Istilah catfishing berawal dari film dokumenter tahun 2010 berjudul serupa.