Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Berlebihan, Ketahui Dampak Buruk Makan Pedas untuk Kesehatan

Kompas.com, 9 Juni 2022, 18:27 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Makanan pedas bukan hanya lezat namun juga memiliki manfaat kesehatan.

Rasa panas dan terbakar yang dihasilkan capsaicin itu bisa membantu kita menurunkan berat badan, penyakit jantung, bahkan depresi.

Penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal menyebutkan orang yang makan makanan pedas enam sampai tujuh hari per minggu menunjukkan ada pengurangan risiko relatif 14 persen dalam kematian total.

Artinya, kebisaan makan pedas bisa memperpanjang masa hidup kita.

Meski demikian, makanan pedas tidak selalu cocok dan bermanfaat untuk semua orang.

Baca juga: Berkaca dari Irfan Hakim, 9 Tanda Kita Harus Berhenti Makan Pedas

Kecenderungan makan pedas berlebihan dalam jangka panjang juga bisa merusak tubuh kita.

Dikutip dari Eat This Not That, berikut adalah dampak buruk makanan pedas, antara lain:

Efek pencahar

Sudah umum diketahui, makanan pedas sering memicu sakit perut, mulas maupun diare.

Penelitian membuktikan, capsaicin yang dikonsumsi secara berlebihan dapat mengiritasi lapisan perut setelahnya.

Gejalanya termasuk mual, muntah dan rasa tidak nyaman di perut sehingga sangat tidak disarankan.

Baca juga: Cara Mudah Mengubah Makanan Pedas Jadi Menu yang Sehat

Memicu jerawat dan eksim

"Makanan pedas dapat menyebabkan jerawat," kata Rebecca Tung, MD, seorang dokter kulit yang berbasis di Florida.

Makanan pedas menyebabkan peradangan di pencernaan yang bisa memicu gejala fisik pada kulit.

Termasuk pula kulit kemerahan, jerawat hingga eksim pada orang dengan kondisi tertentu.

Baca juga: Makanan Pedas Harus Dihindari saat Menstruasi, Mitos atau Fakta?

Menyebabkan lecet dan ruam

Ilustrasi cabai bubuk. FREEPIK/JCOMP Ilustrasi cabai bubuk.
Menurut Barry Green, Ph.D., dari John B. Pierce Laboratory di New Haven, Connecticut, menyentuh beberapa makanan pedas berpotensi memiliki risiko kesehatan.

"Makanan pedas merangsang reseptor di kulit yang biasanya menyebabkan panas," jelasnya kepada Scientific American.

Reseptor tersebut adalah serat nyeri, yang secara teknis dikenal sebagai nosiseptor polimodal sehingga muncul suhu ekstrem dan stimulasi mekanis yang intens.

"Sistem saraf pusat dapat dikacaukan atau dibodohi ketika rasa sakit ini serat dirangsang oleh bahan kimia, seperti yang ada di cabai, yang memicu respons saraf yang ambigu."

Memengaruhi suara

Makan terlalu banyak makanan pedas merupakan salah satu hal yang bisa mengiritasi tenggorokan.

Apalagi jika kita menderita refluks asam—sesuatu yang biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan pedas—yang dapat menyebabkan muntah, rasa sakit, bengkak, dan perubahan suara menjadi lebih teredam atau berubah.

Baca juga: Cara Atasi Rasa Panas di Anus Usai Santap Makanan Pedas

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau