Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 29 September 2022, 05:44 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang beranggapan, pola diet yang sehat adalah mengurangi porsi makanan tertentu.

Padahal, diet yang tepat bukan hanya berkaitan dengan porsi. Jenis makanan yang kita makan juga penting.

"Diet sehat adalah makanan yang terdiri dari produk segar, buah-buahan, dan biji-bijian," kata Dr Francisco Lopez-Jimenez, MD, ahli jantung di Mayo Clinic.

"Diet sehat kaya akan kacang-kacangan, minyak nabati yang baik, polong-polongan dan biji-bijian, serta sejumlah kecil produk hewani, kecuali susu dan ikan."

Baca juga: 7 Makanan yang Harus Dihindari karena Buruk bagi Kesehatan

Makanan yang harus dijauhi saat diet

Demi menciptakan pola diet dengan gizi seimbang, para pakar dan ahli menganjurkan untuk menjauhi 15 makanan dan minuman ini:

1. Soda

Meski bisa sedikit memuaskan dahaga, minuman bersoda tidak baik untuk kesehatan kita.

Menurut Dr Elizabeth Klodas, MD, FACC, ahli jantung dan pendiri Preventive Cardiology Consultants di Minneapolis, AS, soda --baik soda biasa maupun soda diet-- tidak memberikan nutrisi yang bermanfaat.

"Dan pemanis non-nutrisi dalam soda tidak netral, merusak mikrobioma usus kita yang dapat menyebabkan disregulasi insulin. Tetaplah minum air mineral," jelas dia.

Baca juga: Minum Soda Setiap Hari, Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh?

2. Daging mentah atau setengah matang

Penderita kanker atau gangguan sistem kekebalan disarankan untuk tidak mengonsumsi daging mentah atau daging setengah matang.

Dikatakan Dr Rahul Bhandari, MD, ahli onkologi radiasi di Tampa Bay Radiation Oncology, setiap makanan mentah atau yang belum dimasak bisa mengandung bakteri.

"Makanan-makanan tersebut dapat memengaruhi kondisi pasien kanker yang kekebalannya terganggu," kata dia.

3. Sereal

Sereal yang terdiri dari bahan-bahan olahan bukanlah makanan yang baik untuk kesehatan metabolisme kita.

"Makanan dengan tepung olahan termasuk sereal sarapan, biji-bijian olahan, roti, biskuit, dan makanan yang dipanggang," kata Dr Mark Cucuzzella, MD, dokter keluarga dan profesor di West Virginia University School of Medicine.

Tepung olahan memiliki indeks glikemik yang sangat tinggi yang akan meningkatkan gula darah secara drastis.

Seiring waktu, gula darah yang naik dan turun dapat menyebabkan metabolisme dan pola makan yang tidak teratur. Hal itu bisa menyebabkan obesitas dan resistensi insulin.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau