Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Akhir-akhir ini, banyak orang yang menganggap liburan sebagai healing dari padatnya aktivitas. Padahal, healing sebenarnya membutuhkan waktu yang lama dalam prosesnya dan tak hanya bisa hilang dengan liburan semata.
Menurut Muthia Maghfirah, M.Psi., Psikolog dari Teman Halo Jiwa Indonesia, dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Tanda Kamu Butuh Healing” yang bisa diakses melalui spoti.fi/3EIJE9Y, healing merupakan proses seseorang untuk memulihkan dirinya kembali.
Healing adalah kemampuan untuk mengambil kendali yang tepat dari pikiran, perasaan, dan emosi yang menyakitkan sehingga mereka tidak mengganggu saat sedang melakukan aktivitas sehari-hari.
Di dalamnya terdapat proses menerima semua pengalaman hidup yang menyakitkan dan reaksi emosional negatif yang dihasilkan darinya. Sebab, saat seseorang bisa mengatasi perasaan emosional yang berlebih itu, artinya ia bisa menjalani aktivitas pada umumnya.
Baca juga: Ini Dia Pentingnya Berkomunikasi dengan Anak
Muthia juga menambahkan istilah healing dalam dunia psikologi, “Istilah lainnya recharge energy agar back on track.”
Menurutnya, ada sepuluh ciri yang menandakan seseorang butuh menarik dirinya sejenak untuk melakukan healing, yaitu
Dalam melakukan healing, hal ini sangat bergantung pada kemampuan personal. Sebab, penelitian Egnew (2005) menekankan bahwa proses healing adalah pengalaman subjektif yang sangat pribadi yang melibatkan rekonsiliasi makna karena biasanya harus mengingat peristiwa menyakitkan.
Liburan pun juga bisa dikatakan sebagai proses atau bagian dari healing. Akan tetapi, bukan berarti setelah liburan seseorang bisa dikatakan sembuh atau pulih.
Sebab, kita perlu melewati proses yang panjang dengan berbelas kasih terhadap diri, mengenali kelemahan dan kelebihan diri, hingga mengeluarkan emosi negatif.
Muthia pun menekankan, “Tidak bisa kita capai dengan proses yang instan, seperti bepergian ke luar kota atau belanja. Kalo itu sih namanya refreshing.”
Healing juga bisa dilakukan di rumah dengan menulis jurnal, meditasi (mindfulness dan grounding), menuliskan hal-hal yang membuat kita bersyukur agar mengurangi pikiran negatif, tidur yang cukup untuk mengurangi produksi hormon stres, hingga latihan pernapasan.
Dalam melakukan healing, kita harus melalui proses yang panjang. Mengutip Psychology Today, ada enam tahapan dalam melakukan healing.
Pertama, yaitu penerimaan. Ketika kita mulai menerima segala kekurangan diri, proses healing baru bisa dimulai. Sebab, melalui proses ini, kita bisa membawa diri untuk perlahan-lahan bangkit dan meminta bantuan.
Kedua adalah pengenalan. Di tahap ini, kita sudah bisa mengenali kekurangan diri dan mulai memperhatikan bagaimana cara untuk menyembuhkannya. Misalnya, jika tahu sering memiliki pikiran negatif, kita mencari cara untuk mengontrolnya.