Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Drs. I Ketut  Suweca, M.Si
PNS dan Dosen Ilmu Komunikasi STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Pencinta dunia literasi

Gagal Jadi Pendengar yang Baik? Ini Penyebabnya!

Kompas.com - 19/06/2023, 12:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENURUT Brian Adams, sebagaimana dikutip John C. Maxwell dalam How to Influence People, pada umumnya kita menghabiskan sebagian besar waktu terjaga kita untuk mendengar.

Brian menyampaikan statistik berikut ini: 9 persen dalam sehari dihabiskan untuk menulis, 16 persen dalam sehari dihabiskan untuk membaca, 30 persen dalam sehari dihabiskan untuk berbicara dan 45 persen dalam sehari dihabiskan untuk mendengar
.
Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak selalu mudah menjadi pendengar yang baik. Banyak hambatannya.

Ya, banyak hal yang mesti ‘dibuang’ dari dalam diri untuk bisa menjadi seorang pendengar yang baik. Apakah itu? Mari kita lihat rinciannya.

Mementingkan kemampuan berbicara

Sebenarnya, mana lebih penting aktivitas berbicara dibandingkan dengan mendengarkan? Kedua-duanya penting menurut Anda atau salah satu di antaranya yang lebih penting?

Dengan berbicara, orang bisa menyampaikan isi hati kepada orang lain. Dengan berbicara, kita bisa berbagi informasi dan pengalaman kepada orang lain. Dan, dengan berbicara pula, kita bahkan bisa memengaruhi orang lain.

Sebaliknya, dengan mendengarkan seseorang berbicara, kita akan memperoleh pengetahuan, mendapatkan gagasan dan inspirasi, di samping menghargai pembicara dan membangun hubungan baik.

Menurut penulis, kedua bidang kegiatan itu sama pentingnya. Menjadi pendengar yang baik sama pentingnya dengan menjadi pembicara yang baik.

Dengan berbicara kita membagikan informasi, pengalaman, bahkan pengaruh. Dengan mendengarkan, kita memperoleh pengetahuan dan memperluas wawasan sehingga bisa menjadi pribadi yang lebih bijaksana.

Tidak fokus isi pembicaraan

Apa yang sedang kita pikirkan tatkala “mendengar” orang lain sedang berbicara? Kita mungkin secara fisik tampak mendengar, tapi apa sesungguhnya yang sedang kita pikirkan? Benarkah kita sungguh-sungguh mendengarkan apa yang dikatakan orang lain?

Sering terjadi, kita seakan-akan mendengarkan, padahal sesungguhnya tidak. Kita sibuk dengan pikiran sendiri.

Kalau demikian halnya, maka akan sangat sulit bagi si pendengar untuk memahami apa isi yang didengarkan. Tanpa fokus mendengarkan, maka apa yang dibicarakan tak akan bisa ditangkap atau dipahami dengan baik.

Oleh karena itu, pada saat mendengar, seyogianya diihindari memikirkan hal lain. Fokus kepada apa yang didengarkan adalah cara yang terbaik.

Hal-hal lain yang mendistraksi hendaknya dihindari. Hanya dengan berkonsentrasi penuh kepada materi yang disampaikan pembicara, kita bisa menangkap apa yang dibicarakan.

Mengalami kelelahan mental

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com