KOMPAS.com - Pemberitaan masif soal hilangnya kapal selam wisata Titanic memunculkan perasaan negatif pada sebagian kalangan.
Ada yang ikut terbawa mengalami klaustrofobia sehingga merasa panik dan sesak napas, membayangkan terperangkap di ruang terbatas di kedalaman lautan.
Baca juga: Tragis, Istri Pilot Kapal Selam Titan adalah Cicit Korban Titanic 1912
Fenomena ini sebenarnya bukan hal yang aneh dengan maraknya pemberitaan dua hari belakangan dan bisa dijelaskan secara psikologis.
Klaustrofobia adalah ketakutan seseorang terhadap ruang terbatas, sempit dan tertutup.
“Klaustrofobia adalah ketakutan yang intens terhadap ruang terbatas yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi,” kata Jessica Rabon, seorang psikolog berlisensi di Carolina Selatan.
Baca juga: Klaustrofobia
Kondisi ini juga membuat seseorang merasakan rasa takut yang luar biasa dan perlu melarikan diri dari situasi tersebut serta berbagai gejala lainnya.
Lingkungan yang memicu klaustrofobia bervariasi berdasarkan individu, tetapi beberapa ruang umum termasuk lift, mesin MRI, ruangan tanpa jendela, pesawat terbang, dan kapal selam.
Baca juga: 7 Rekomendasi Film tentang Klaustrofobia, Bikin Sesak Napas!
Pemberitaan masif soal tenggelamnya kapal selam Titan memang bisa memicu perasaan dan emosi yang kuat bagi sebagian orang.
"Klaustrofobia juga bisa terpicu ketika mengetahui bahwa orang lain berada di ruang kecil, karena seseorang dapat dengan mudah membayangkan diri mereka dalam situasi yang sama,” kata Cynthia Shaw, seorang psikolog klinis berlisensi di Colorado.
Penderitanya memiliki tingkat kecemasan yang tinggi sehingga bisa dengan mudah membayangkan dirinya sendiri terjebak di kapal selam jauh di bawah permukaan laut.
Baca juga: Cerita Mereka yang Pernah Naik Kapal Selam Titan: Tandatangani Surat Pernyataan Kematian...
“Mengetahui bahwa lima orang terjebak dalam ruang tertutup di suatu tempat di lautan luas dapat memicu pikiran bahaya dan kematian," ujar Shaw.
Misalnya, 'Akankah mereka ditemukan? Apakah mereka memiliki cukup makanan? Berapa lama mereka akan hilang? Apa yang terjadi jika seseorang sakit? Apakah mereka akan mati kelaparan?' dan banyak lainnya.
“Membayangkan keluarga mereka dan bertanya-tanya apakah mereka akan dipersatukan kembali," ujar Shaw.
Baca juga: Lelah Hadapi Kabar Duka di Medsos? Begini Cara Menanganinya
"Lebih jauh lagi, bersimpati dengan ketakutan yang dialami orang-orang itu bahkan pada saat ini juga menimbulkan kecemasan dan pertanyaan pada banyak orang."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.